Selamat Datang di Blog Unifam Strawberry, Jika anda ingin berkonsultasi seputar budi daya stroberi silahkan menghubungi kami. Dengan senang hati akan kami bantu. Trima kasih

Friday, January 28, 2005

Tuty, ”Tukang Insinyur” Petani Bunga

Tuty, ”Tukang Insinyur” Petani Bunga
IR Tuty dan Encar dua nama yang cukup dikenal di kalangan petani bunga di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong, Kab. Bandung. Walaupun berbeda jenis, usia dan latarbelakang pendidikan, tetapi keduanya merupakan petani bunga yang sukses.
Tuty setelah lulus Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya (Unbar) tak berminat menjadi pegawai negeri. Ia malah memilih sebagai pelaku usaha tanaman bunga dan tanaman hias di kampung halamannya. Berkat ketekunannya selama bertahun-tahun, ibu dua anak tsb bukan hanya bisa menikmati hasil secara pinansial, tapi langkah-langkahnya dalam bidang pertanian mendapat apresiasi dari Balai Besar Diklat Agribisnis & Holtikultura Lembang. Tuty terpilih menjadi peserta/utusan pada Pekan Pertanian Nasional 2004 awal bulan Juni mendatang di Makassar Sulawesi Selatan.
Tukang Insinyur lulusan tahun 1996 yang bersuamikan seorang pendidik, mungkin merupakan bagian kecil dari lulusan perguruan tinggi yang berusaha mandiri dan mengaplikasikan ilmunya bagi kegiatan usaha yang ditekuninya sejak masih kuliah. Untuk menyokong kegiatan usahanya, ia tidak kurang dari Rp 100 juta menginvestasikan untuk membangun dua tempat usaha (show room tempat penjualan bunga) serta kebun pembibitan (persemaian).
”Karena ini sudah menjadi bagian pekerjaan, saya terjun langsung bekerja di tempat usaha atau ke kebun pembibitan,” ungkap Tuty tentang keseharianya. Meski pada hari-hari tertentu, ia harus menerima mahasiswa dari sekolah almamaternya yang melakukan praktek kerja lapangan (PKL).
Tanaman bunga yang dibudidayakan pada kebun persemaiannya, selain dibeli pedagang lokal/ pikulan, juga pedagang dari Bukittinggi, Berastagi, Pontianak/Kalimantan, Malang, Solo, Yogyakarta serta beberapa daerah di Jatim dan Bali, juga dari negara kaya raya Brunei Darussalam. ”Penjualan tanaman biasanya melonjak jika ada event-event kenegaraan, khususnya di Jakarta,” ungkapnya dengan nada bangga, seraya menambahkan omzet penjualan Rp 20 juta pada bulan-bulan biasa.
**
BEDA dengan Encar (73 th) pedagang tanaman langka berupa bonsai. Semula, ia menekuni usahanya sebagai petani tanaman bunga/ hias keliling yang dirintisnya sejak dekade tahun 60-an. Banyak suka dan duka yang dialaminya, karena ia menjual barang dagangannya ke Jakarta dengan cara dipikul. Waktu itu yang dijualnya terbatas pada tanaman bunga.
Biasanya setelah sholat subuh, ia bergegas menuju Terminal Kebon Kalapa membawa berbagai jenis tanaman bunga yang dikemasnya dengan menggunakan pelepah batang pohon pisang. Ongkos naik bus dari Bandung ke Jakarta waktu itu sekira Rp 175,00 . Sementara barang dagangan yang dibawanya senilai Rp 3.000,00 .
”Hampir setiap hari, saya pulang - pergi Jakarta Bandung. Berangkat pagi hari, pulang sore, bahkan malam hari. Kegiatan itu dilakoninya dari hari ke hari, sampai pergantian dari tahun ke tahun,” tambahnya mengenang masa lalu.
Encar yang saat ini dikaruniai enam anak, waktu itu setiap hari berjalan kaki memikul dagangannya menelusuri pelosok kota Jakarta. ”Saya sering keliling ke daerah Menteng dan Grogol, karena daerah tsb merupakan daerah pemukiman,” tambahnya.
Sekalipun pekerjaan tsb sangat melelahkan dan harus bermandikan keringat tersengat matahari, tapi beban itu tidak dirasanya. Encar muda berjalan dan terus berjalan menjajakan barang dagangannya, sampai tak diketahui berapa jauh jarak yang telah ditempuhnya. ”Saya tidak pernah menghitung berapa jarak yang telah ditempuh dengan jalan kaki setiap harinya. Saya baru berhenti, kalau ada yang membeli atau sudah merasa kelelahan,” tutur Encar.
Ia malahan mengatakan, semua bebannya akan hilang manakala seluruh dagangannya laku terjual. ”Sulit diungkapkan dengan kata-kata kebahagian yang berkecamuk dalam hati jika barang dagangannya laku terjual,” paparnya. Sebaliknya, jika tanaman bunganya tak ada yang membeli, perasaan frustasi kerap membayangi. Sehingga Encar terpaksa menginap di Jakarta, karena ia tak mau pulang tanpa membawa uang.
Ketekunan serta keuletan dalam menjalani kegiatan usahanya seperti itu, Encar lakoni sampai tahun 70-an. Hasil jerih payahnya tsb disyukurinya karena telah mampu mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi. Bahkan kegiatan usahanya telah membawanya kenal dengan petinggi negara serta pengusaha dan ia mampi memiliki kendaraan roda empat.
Encar adalah profil petani Cihideung yang sampai sejauh ini menghindari berurusan dengan bank untuk mendapatkan modal usaha. Alasannya, karena dagangannya tidak terjual setiap hari sebagaimana tanaman bunga. Khawatir, jika dalam satu bulan atau lebih, sepi pembeli akan berhadapan dengan masalah. Yakni masalah kredit macet !
Dibantu dua orang anaknya, Jajang dan Asep , Encar kini berjualan tanaman langka jenis bonsai di sentra tanaman bunga dan tanaman hias Cihideung Bandung Utara, yang harganya ada yang mencapai jutaan rupiah. Salah satunya Bonsai Karet Korea ditawarkan mulai harga Rp 1,5 juta sampai Rp 25 juta. Pohon Kurma seharga Rp 20 juta, Cemara Udang Rp 500.000 - Rp 6 juta, Sikas Brazil Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Jenis-jenis tanaman tsb memilki nilai jual tinggi, selain jenis Alowe Perak (asal Cina dan Korea), harganya bisa mencapai Rp 15 juta. Untuk jenis Cemara Udang, tahun lalu sempat mengirim ke Singapur sebanyak 30 pohon, juga ke tanah Toraja Sulawesi Tenggara untuk kebutuhan sebuah hotel.
Jenis pohon lain yang harganya dibawah bonsai yang dijual Encar antara lain palm . Palm merah dijual antara Rp 500.000,00u sampai Rp 1 juta, , palm Buditia dan Nolina antara Rp 100.000,00 sampai 500 ribu, Nolina. Sementara palm jenis Kariota dan Green Spot ditawarkan seharga Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. Tanaman lain yang dijual dengan harga cukup tinggi yaitu Desiririon, jenis tanaman hias yang menampilkan keindahan bentuk daunnya. Harganya menembus Rp 3 juta.
Melihat harga tanaman hias yang dijual Encar, bisa diduga konsumennya dari kalangan konglomerat atau berkantong tebal. Perjuangan Encar memang tidak sia-sia. Di usia senjanya, ia kini tinggal memetik hasil dari perjuangan pada masa mudanya (Suparman Watmadihardja/”PR”) ***
SUPLEMEN

IKLAN


No comments:

Post a Comment