Selamat Datang di Blog Unifam Strawberry, Jika anda ingin berkonsultasi seputar budi daya stroberi silahkan menghubungi kami. Dengan senang hati akan kami bantu. Trima kasih

Wednesday, May 20, 2009

Keragaman Hayati Indonesia Sangat Kaya

BOGOR, (PRLM).- Pemanfaatan keragaman hayati di Indonesia masih minim. Hal itu terlihat dari 28.000 jenis tumbuhan budidaya yang ada, baru dimanfaatkan sebesar 5 persen. Sisanya, 95 persen lagi belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Padahal, keragaman hayati bisa mendorong pertubuhan ekonomi masyarakat.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Ir. Mustaid Siregar, M.Si, Kamis (21/5)di Bogor.

Menurut dia, keragaman hayati Indonesia sangat kaya, bahkan jumlahnya mencapai 28.000 jenis tumbuhan. Tapi, sampai saat ini yang dimanfaatkan masyarakat masih minim.Jenis tumbuhan yang sudah dimanfaatkan seperti padi, jagung, tanaman obat-obatan, karet dan lainnya.

"Data yang ada menyebutkan jenis tumbuhan di Indonesia puluh ribu. Tapi, sehari-hari kita lihat dimasyarakat, potensi ini belum digali," ujar Mustaid.

Padahal, kalau potensi tersebut diteliti dan digali secara jauh, maka masyarakat akan mendapatkan banyak pilihan dalam melakukan budidaya tumbuhan. Hal ini akan memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat sendiri.

Keragaman hayati yang ada di Indonesia memberikan kontribusi terhadap hayati dunia. Menurut Mustaid, keragaman hayati Indonesia sebesar 10-11 persen dari hayati yang ada di seluruh dunia. "Ini mencerminkan bagaimana Indonesia kaya dengan keragaman hayati tersebut," jelasnya.

Potensi dalam memanfaatkan dan mengembangkan jenis tumbuhan itu tidak terlepas pula dengan keberadaan kebun raya. Saat ini, di Indoneia baru dibangun 20 kebun raya. Padahal, jika dibandingkan dengan India, jumlah kebun rayanya lebih banyak yakni mencapai 125.(A134/kur)***

Wednesday, September 24, 2008

Pasokan Stroberi

Bagi yang memerlukan pasokan stroberi 1 ton/hari, dan memerlukan ubijalar cilembu bisa menghubungi Bapak Ayung di 081320797422

Saturday, August 23, 2008

Perkebunan Stroberi di Ciwidey

Agrowisata yang terdapat disepanjang kawasan ciwidey ini dikembangkan untuk memberikan pengalaman berbeda sekaligus menguatkan citra pariwisata di kawasan Ciwidey. Aktifitas wisata yang ditawarkan pada para pengunjung adalah memetik langsung buah stroberi dari kebun-kebun milik petani, pengunjung dapat memilih sendiri kemudian nantinya akan membeli hasil petikannya tersebut seharga Rp.25.000-35.000,- ribu rupiah perkilogram. Udara dan susasana yang segar membuat kegiatan agrowisata ini menjadi menyenangkan untuk keluarga.
Sumber : http://id.my-indonesia.info/artikel/perkebunan-stroberi-di-ciwidey.html

ALL ABOUT STRAWBERRY AGROWISATA PENUH PESONA

Abstrak :
Setelah menguraikan distro dan FO ( factory outlet) dalam ranah pariwisata Kota Bandung pada SKIM IX – 2005 di Universitas Padjadjaran, pada SKIM X – 2007 di UKM - Malaysia, saya bermaksud mengurai kembali dunia ekonomi pariwisata. Banyak orang sudah mafhum bahwa kemacetan dalam kota Bandung di tiap akhir pekan apalagi saat libur panjang adalah “berkah lain” yang patut disyukuri. Kali ini saya ingin mengajak peserta seminar untuk melihat geliat masyarakat pedesaan di Kabupaten Bandung dalam usaha agrowisata, khususnya agrowisata stroberi. Sesuatu yang sangat diharapkan tumbuh disekitar Bandung, sehingga tidak semakin membuat sesak pusat kota. Sehingga kemacetan yang akan sulit ditanggulangi sebagaimana dikhawatirkan para pakar tata kota dan transportasi seperti Prof. Kusbiantoro tidak terjadi,atau sekurangnya dapat mudah diatasi.

Rahardjo (Kompas, 20 Okt. 2006) melaporkan bahwa kawasan wisata Ciwidey (nama Kecamatan di Selatan Kabupaten Bandung), kali ini mempunyai daya tarik lain. Tidak saja menyuguhkan panorama yang eksotik, udara sejuk berkabut, tetapi wisata agro penuh pesona.
Memang sudah sejak lama kawasan Bandung Selatan dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang mengandalkan keindahan alam. Kawah Putih Ciwidey, Situ Patengan, Kawasan penangkaran dan perlindungan rusa dan sumber air panas alam Cimanggu adalah beberapa objek wisata yang sudah lama dikenal.

Namun, seperti diakui oleh Dinas Pariwisata kabupaten Bandung, berwisata alam tanpa aktivitas menarik hanya akan cepat mendatangkan kebosanan. Pada akhirnya tidak banyak manfaat yang bisa dirasakan pengelola objek wisata maupun masyarakat sekitar. Padahal pariwisata yang menarik tidak saja dikunjungi banyak orang, tetapi lebih utama ialah seberapa lama wisatawan betah tinggal, seberapa banyak orang datang dan datang lagi, seberapa banyak uang yang dihabiskannya dan akhirnya seberapa banyak orang yang memperoleh manfaat. Seperti diyakini oleh Naisbitt (Global Paradox, 1994) bahwa ;
1. pariwisata mampu menyerap satu dari sembilan pekerja atau sekitar sebelas angkatan kerja global,
2. pariwisata menyumbang lebih dari sepuluh prosen GNP dunia,
3. pariwisata menyumbang penerimaan pajak lebih dari $ 655 miliar,
4. pariwisata menyumbang sebelas prosen belanja konsumen dan sekitar tujuh prosen belanja pemerintah.
Naisbitt mengemukakan pula ramalan World Travel & Tourism Council, bahwa hingga tahun 2005 pariwisata akan menghasilkan lebih dari 140 juta pekerjaan diseluruh dunia, dimana lebih dari 110 juta diantaranya di Asia Pasifik yang berkembang pesat.
Berbagai upaya masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Bandung mulai memberi harapan setelah berkembangnya agrowisata berbasis buah stroberi. Buah import ini ternyata cocok dikembangkan didataran tinggi Bandung Selatan. Seperti juga di kawasan Batu – Malang atau Mekar Sari – Bogor yang telah terlebih dahulu berkembang, Agrowisata ini juga memberikan kebebasan pada pengunjungnya berkeliling kebun yang dimiliki oleh para petani disepanjang jalur jalan menuju kawasan wisata Ciwidey, Rancabali dan Pasir Jambu. Pengunjung dapat memilih dan memetik buah stroberi yang diinginkannya hingga merasakan langsung kesegarannya. Tersedia pula kelengkapan untuk menikmatinya dengan cara lain, yaitu jus stroberi. Tentu saja kegiatan ini memberi pengalaman unik yang bisa jadi sangat berkesan. Dan seperti menjadi tren ekonomi dunia, experience economy akan menjadi keunggulan dan memberi nilai tambah lebih berarti.

Ada puluhan petani stroberi yang tergabung dalam Koperasi ”Yuriberri” yang telah pula mengembangkan berbagai produk olahan, seperti dodol, selai dan sirup. Dengan cara ini, kelebihan hasil panen dapat dapat diserap dan memberi nilai tambah yang tinggi. Jika produksi rata-rata perhari mencapai dua hingga lima ton dan harga berkisar Rp. 25.000/Kg. , jumlah uang yang beredar tentu saja tidak sedikit untuk ukuran masarakat desa. Oleh karenanya makin banyak saja petani sayur yang segera berpindah menjadi petani stroberi. Seperti dikutif Raharjo, Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung-Yoharman mengatakan ; “ Tahun 2006 sebagai tahun booming agrowisata stroberi. Pada hari libur rata-rata pengunjung bisa mencapai 35.000 orang.

Menarik untuk dilakukan perencanaan agar tidak terjadi kelebihan pasokan yang pada akhirnya justru merugikan petani. Sebagai contoh pembanding adalah inovasi yang dilakukan grup usaha The Big Price Cut – yang merupakan raja factory outlet di Bandung. “All About Strawberry” adalah salah satu outlet fesyen yang menjadikan buah stroberi sebagai icon yang mempunyai nilai rasa dan nilai jual tinggi. Tidak saja setiap pengunjung akan mendapat segelas jus stroberi sebagai welcome drink yang menyegarkan , namun bentuk dan warna buah stroberi pun menjadi simbol utama berbagai produk fesyen yang menarik dan bernilai ekonomi, jadilah All About Straberry.

Pengembangan kawasan Bandung Selatan sebagai kawasan agrowisata, hendaknya dapat segera difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Bandung dengan membenahi imprastuktur jalan. Kemacetan yang sangat parah di Jalan Kopo-sebagai jalan utama menuju Bandung Selatan, harus segera dibenahi. Pembangunan jalan tol sebagaimana ramai dibicarakan dalam lima tahun terakhir perlu segera diwujudkan. Disamping itu Pemerintah Kabupaten perlu pula melakukan pembinaan yang sistematis dan menyeluruh agar masyarakat cukup siap dan memperoleh manfaat yang optimal. Kebiasaan Pemerintah Daerah untuk mengedepankan berbagai pungutan dalam rangka meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah haruslah ditahan. Berikanlah servis yang sebaik-baiknya agar iklim berusaha kondusif dan akhirnya potensi masyarakat berkembang. Karena sesungguhnya masyarakat yang berkembang baik tidak akan menjadi beban pemerintah.


Sumber : unpad.ac.id

Dari Stroberi ke Kawah Putih

SEJAUH mata memandang hamparan stroberi menghijau. Ciwidey dan Rancabali identik dengan stroberi. "Kebun stroberi, pembeli memetik sendiri," begitulah plang terpampang di sepanjang Jalan Raya Ciwidey.

Sejak Pemerintah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menetapkan Ciwidey sebagai kawasan agrowisata stroberi, banyak petani sayuran "banting setir" menanam stroberi, baik di pekarangan atau di persawahan. Menariknya, wisatawan tak hanya menyaksikan keindahan hamparan kebun stroberi, tapi juga bisa memetik sendiri dengan harga Rp25--30 ribu per kilogram.

Begitu pula siang itu, peserta outing agency "menyerbu" perkebunan stroberi tak jauh dari Hotel Sindang Reret, tempat peserta menginap. Terik mentari tak mereka pedulikan karena memang tak terasa panas di tengah kehijauan pohon stroberi dan embusan angin sepoi-sepoi. Sambil memetik, mereka juga mencicipi stroberi di kebun yang memang tidak dilarang untuk dimakan. Makan stroberi sambil memetiknya di kebun tidak dilarang karena mungkin sudah diperhitungkan pemiliknya.

Karena itu, tak heran bila metik sendiri agak mahal dibandingkan beli yang sudah jadi, seperti yang dijual di terminal menuju atau di objek wisata Kawah Putih yang harganya sekitar Rp5 ribu sampai Rp10 ribu/kg. "Enak metik sendiri dong, lebih mengesankan," kata Amdoni Zakir dari Initiave Media, seraya mengatakan, "110% gue puas mengikuti acara Lampung Post ini."

Hal senada disampaikan Syawal dari Hotline Advertising yang mendapat door prize sepeda motor. "Kalau Lampung Post bikin acara gini lagi, gue ikut lagi ya. Coba setahun tiga kali bikin acara ini," ujar Syawal, pemilik "suara emas" ini sembari terkekeh.

Selain memetik stroberi, wisatawan bisa minum jus stroberi atau makan dodol stroberi.

Usai ber-stroberi ria, peserta melanjutkan perjalanan ke Kawah Putih, Gunung Patuha, Ciwidey yang memiliki ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut (dpl). Pemandangan eksotik memukau di kawasan wisata Bandung Selatan ini. Hawa dingin yang menggigit tulang di tengah fumarol belerang pekat menambah nuansa tersendiri.

Kawasan wisata dan hutan lindung yang dikelola Perusahaan Perhutanan Indonesia (Perhutani) Unit III ini berjarak sekitar 40 kilometer ke arah selatan Kota Bandung. Terdapat danau belerang berwarna putih kebiruan di Kawah Putih. Asap belerang pun masih keluar dari permukaan danau. Di pinggir danau terdapat puing-puing peninggalan Belanda serta sebuah terowongan bekas penggalian yang masih menyemburkan gas berbau belerang.

Peserta kalangan biro iklan Jakarta tak menyia-nyiakan kesempatan foto bersama, sendiri dengan "ulah" sesuka hati. "Saran gue untuk Lampung Post, sering-sering lah bikin outing begini. Gue pasti ikut," kata Danny Koyongian dari Dentsu Indonesia. Setuju!!! n Ade Alawi/M-1

Sumber : lampung Post

Stroberi Dongkrak Kualitas ala Agus Kurnia

Stroberi
Dongkrak Kualitas ala Agus Kurnia

Langit di atas Ciwidey, Bandung, baru saja beranjak siang.Dua bus berwarna biru
masing-masing berpenumpang 50 orang memasuki halaman parkir kebun Kurnia
Strawberry. Dari dalam bus para penumpang bergegas berloncatan menuju kebun
untuk memetik stroberi segar. Buahnya tak menarik, kata Prasetyo Gunawan, salah
seorang pengunjung. Stroberi di atas karung setinggi 50 -60 cm itu kotor
terciprat air hujan. Namun, kini cerita sedih itu tinggal kenangan. Setelah
karung ditinggikan hingga 1 m, stroberi mulus meski hujan semalaman.

Butiran hujan yang jatuh pada Jumat atau Sabtu malam jadi momok menakutkan para
pekebun stroberi. Mestinya, di akhir pekan para pelancong bisa memetik buah 60
-100 kg per hari, kata Agus Kurnia, pemilik Kurnia Strawberry seluas 4.500 m2.
Dengan harga jual Rp40.000 per kg, itu berarti senilai Rp2,4-juta
-Rp4-juta.Namun, rupiah itu bakal melayang dari genggaman pekebun bila hujan
turun semalaman.Para pelancong enggan memetik stroberi yang berpenampilan kotor.

Menurut Andre Raharja, praktikus pertanian di Bandung, menjual stroberi kepada
para pelancong menjadi impian para pekebun.Maklum, bila Fragaria vesca tak
dilirik pelancong, pekebun mesti menjual ke pengepul.Di sana harga stroberi
menukik tajam. Buah berbentuk hati itu dijual berdasarkan kelas-kelas tertentu.
Kelas A-sekilo berisi 30 buah -hanya Rp20-ribu per kg. Kelas B, sekilo berisi
50 buah, Rp15.000; dan kelas C, sekilo lebih dari 50 buah, Rp10.000.

Gampang lapuk
Cerita Agus Kurnia tentang karung pendek jadi biang keladi stroberi rusak bukan
omong kosong.Sejak 3 tahun silam, pekebun memang memanfaatkan karung beras dan
karung pupuk sebagai pot setinggi 50 -60 cm.Namun, pot berbahan karung itu
bukan tanpa masalah. Karung mudah lapuk kena hantaman sinar matahari dan
guyuran hujan secara langsung. Setelah 4 bulan dipakai, biasanya pekebun mesti
membongkar pot karung itu. Atau melapisi pot lama dengan karung baru supaya tak
roboh.

Lantaran dianggap tak praktis, pekebun mulai beralih menggunakan polibag besar
seukuran karung. Awalnya kami mengira cara itu lebih praktis, tapi ternyata tak
cocok, kata kelahiran Bandung, 2 Mei 1973 itu. Musababnya, stroberi matang
terbakar jika bersentuhan dengan plastik polibag saat matahari terik. Alih-alih
memudahkan pekerjaan, penggunaan polibag malah membuat rugi karena buah tidak
laku dijual.

Karena selalu dirundung masalah, Agus pun memutar otak.Ia mesti mencari bahan
pot yang awet tapi tidak merusak buah. Ayah 2 anak itu teringat mulsa plastik
hitam perak alias PHP yang sering digunakan pekebun tomat dan cabai.Mulsa pasti
bisa dipakai sebagai bahan pot karena tidak menjadi panas meski tersinari
matahari,paparnya. Pot dari karung tetap dipakai. Lalu seluruh permukaan luar
karung itu dilapisi mulsa. Supaya tidak gampang melorot, mulsa dijahit pada
karung.Pot ditinggikan sampai 1 m supaya stroberi tidak terciprat air hujan.

Tahan 2 -3 hari
Tak sekadar memanipulasi pot, Agus pun mengubah cara pemupukan supaya stroberi
yang dihasilkan tahan lama. Lazimnya, setelah memerah dan mengkilap -tanda buah
matang -buah cuma tahan sehari di tangkai.Bila pemetikan ditunda, buah busuk.
Padahal, kerapkali stroberi matang di awal pekan:Senin -Rabu. Saat itu
pelancong sepi.Daripada busuk, buah tetap dipanen, kata Andre. Konsekuensinya,
harga jual mengikuti pasar.Lain halnya dengan Agus. Pria berusia 33 tahun itu
bisa menunda panen hingga 4 -5 hari pada musim kemarau.Pada musim hujan,
penundaan 1 -2 hari.

Menurut Agus, stroberi mudah busuk di tangkai karena serapan unsur hara tidak
optimal.Untuk mengatasinya, pasokan hara terutama kalsium dan kalium mesti
ditambah. Penelusuran Trubus dari berbagai literatur, kalsium memperkuat
dinding sel dan menggiatkan pembelahan sel. Unsur Ca juga mengaktifk an kerja
berbagai macam enzim. Sementara kalium berperan sebagai katalisator dalam
proses pengubahan protein menjadi asam-asam amino. Kalium membuat tangkai buah
kekar.Dengan begitu buah tak gampang rontok dan busuk.

Sebetulnya, pekebun stroberi sudah memberikan kalsium dan kalium dalam bentuk
kalsit dan NPK saat pemupukan awal. Itu ditambah dengan pemberian pupuk daun
yang dilengkapi hara mikro. Namun, dari jumlah itu 60% terbuang percuma dan
tidak diserap tanaman. Supaya kalsium dan kalium efektif diserap akar, Agus
menambahkan zat perata perekat saat pemupukan.

Menurut Andre, pemberian perata perekat pada aplikasi pupuk daun membuat
larutan pupuk tersebar merata pada daun sekaligus membuatnya tidak mudah
tercuci. Pupuk yang diberikan terserap lebih optimal. Biasanya Agus menambahkan
2 tutup perata perekat setara 40 ml ke dalam 200 l larutan pupuk daun. Dosis
pupuk daun 1 -2 g per liter atau 1 -2 ml/liter. Itu bila pemupukan pada musim
hujan. Pada kemarau, dosis perata perekat cukup setengahnya. Aplikasi pupuk
daun itu seminggu sekali.

Bila perata perekat dicampur ke dalam pupuk melalui tanah, komposisinya
disesuaikan. NPK sebanyak 5 kg dilarutkan pada 200 l air, lalu ditambahkan
perata perekat sebanyak 20 ml. Baru kemudian dikocorkan ke tengah pot berisi 4
-5 tanaman setiap 10 -15 hari. Komposisi NPK disesuaikan dengan fase
pertumbuhan.Fase pertumbuhan gunakan NPK 32:10:10; remaja, NPK 20:20:20; dan
generatif, NPK 10:10:20.

Dengan tambahan perata perekat, pencucian pupuk minimal. Sebaran pupuk dalam
media pun lebih merata. Setahun berselang, cara yang Agus lakukan itu terbukti
ampuh. Ia tak pernah lagi ditinggalkan pelancong yang kecewa karena urung
memetik stroberi mulus. Trubus melihat, beberapa pekebun di sekitar mulai
mengikuti jejak Agus. (Destika Cahyana)

Kamis, 06-Juli-2006, 17:01:09
© 2006 trubus
Sumber Trubus

STROBERI ORGANIK MANIS ASEM WANGI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 24 Mei 2008
Foto: Sobirin 2008, Stroberi Pot Organik Berbuah
Oleh: Sobirin
Bibit tanaman stroberi yang saya tanam di pot telah berbuah. Buahnya bagus, rasanya asem manis dan baunya wangi khas, dan yang jelas adalah organik. Dua bulan yang lalu Henry Syarifuddin, pengusaha muda, yang juga pengusaha jaringan internet, memberi sekitar 10 polibeg bibit stroberi muda.


Stroberi ini saya tanam di pot dengan media tanah 1 bagian dan kompos buatan sendiri 2 bagian. Tiap hari di siram MOL tapai, permukaan tanah diaduk pelan-pelan, rumput-rumput liar dicabuti.

Jadi petani rumah tangga memang asyik, harus sabar dalam merawat tanaman. Tetapi yang utama adalah rumah kita mampu memproses sampah rumah tangga kita. Reduce, reuse, recycle atau 3R perlu kita praktekkan agar rumah menjadi “zerowaste”. Tidak membuang sampah ke luar rumah.

Kalau kompos dan MOL sudah berhasil kita buat, maka tahap berikutnya adalah bertani rumah tangga atau “agrohome”. Ada nilai tambah setelah rumah kita menjadi “zerowaste”.

Kembali ke buah stroberi organik tanaman saya, baunya wangi dan terus menempel di tangan, segar......! Ada yang tertarik menjadi petani rumah tangga?

Sumber : http://clearwaste.blogspot.com/2008/05/stroberi-organik-manis-asem-wangi.html

Tuesday, August 12, 2008

Buah Stroberi Banyak Peminatnya


Buah Stroberi Banyak Peminatnya
17-Jul-2008


Stroberi, buah dari tanaman yang berkembang dengan baik pada musim kemarau, kini dijual di mana-mana. Kita bisa membelinya langsung di perkebunan stroberi. Bisa pula di pasar swalayan, pasar tradisional, maupun pedagang kaki lima.

Buah-buah stroberi segar dijual dengan nilai cukup tinggi. Harganya, kurang lebih Rp.35.000 hingga Rp.40.000 per kilogram. Satu kilogram, terdiri dari 70 hingga 80 buah stroberi.


Beberapa penjual memilih menjual buah-buah stroberi dalam kemasan plastik transparan (tembus pandang) yang kecil. Ada kemasan berisi 24 butir (dijual seharga Rp5.000) dan 12 butir (Rp3.000).

Bisnis yang Menguntungkan

Orang yang berminat membeli buah-buah stroberi, banyak. Hampir semua orang, terutama anak-anak dan remaja, suka rasa dan aromanya. Maka, banyak warga membeli buah-buah stroberi untuk dibuat menjadi sari buah (jus). Sementara para pengusaha lebih suka mengolahnya menjadi bahan campuran untuk kue, roti, selai, dan sirop. Ada pula pengusaha yang membeli stroberi untuk dibuat menjadi perasa obat, es krim, dan susu.

Selain harganya tinggi dan peminatnya banyak, harga buah stroberi cenderung stabil. Maksudnya, harga buah stroberi dari tahun ke tahun tidak mengalami banyak perubahan.


Nah, karena ketiga alasan di atas, banyak petani dan pengusaha yang memilih untuk mengembangkan stroberi. Modal usaha dinilai cepat kembali. Stroberi, kini telah menjadi bisnis yang menguntungkan. Tidak heran, stroberi dapat dijumpai di mana saja.

Makan buah stroberi, dalam keadaan segar (tidak lebih dari 3 hari setelah dipetik). Jangan lupa, sebelumnya cuci dulu buahnya. Buah stroberi segar bisa dimakan dalam keadaan utuh atau dibuat jus. Buah yang segar, nilai gizinya paling tinggi!

Ingin menyimpan sekotak stroberi dalam lemari pendingin? Ketahuilah, buah stroberi hanya tahan 4 hari di dalamnya. Setelah itu, buah stroberi akan mulai membusuk. Dan, proses pembusukan menyebar dengan cepat di antara buah-buah stroberi.

Pengusaha stroberi punya cara tersendiri untuk menjaga agar buah-buah stroberi yang dibelinya bisa tahan selama 1 bulan– dalam keadaan baik. Mereka menyimpan buah-buah stroberi dalam tempat khusus, kemudian meletakkannya di freezer.

Negara manakah yang terkenal sebagai penghasil stroberi di dunia? Menurut Badan Pangan PBB (FAO), jawabannya adalah Amerika Serikat dan Spanyol.


Penulis: Sandra
Sumber: www.berani.co.id

Wednesday, August 06, 2008

Strawberry Sahabat Kulit

Pernah jalan-jalan ke kebun strawberry di Bandung? Atau potongan tipis strawberry merah yang merekah di atas sebuah cake selalu menjadi incaran nomer satu Anda saat membelah kue ulang tahun?


Stroberi yang ada dalam kepala Anda bisa jadi selalu identik dengan buah kecil yang manis dan menggiurkan untuk disantap. Oke, sekarang bagaimana bila buah kecil merah itu tidak hanya bisa disantap, tapi juga dipergunakan untuk masker?



Buah satu ini memang banyak mengandung asam salisilat (salah satu jenis asam beta-hidkroksi yang membantu mengencangkan kulit), silica, serta vitamin B, C, E, dan K. Dengan kemampuannya menyehatkan dan meremajakan kulit, strawberry cocok untuk digunakan untuk hampir semua jenis kulit. Yuk buat!



1 Lumatkan beberapa buah strawberry yang telah dipisahkan dari tangkai dan daunnya,

2 Lalu usapkan dua sendok makan strawberry yang sudah dilumatkan tadi pada wajah.

3 Biarkan selama 15 menit.

4 Setelah itu bilaslah dengan air steril atau air hangat biasa.

Penggunaan masker strawberry ini dapat dilakukan dua kali dalam satu minggu.

Nah, tidak hanya untuk disantap kan?

(Sumber:detikhot)



Dan bagi anda yang benar-benar ingin dimanjakan oleh si buah strawberry ini, kini di Bellevue Wellness Salon & Spa ada rangkaian paket perawatan spa strawberry dengan aroma menyegarkan.



Dimulai dengan perawatan Relaxing therapy seluruh badan dengan minyak beraroma strawberry selama 50 menit, body scrub berbahan dasar strawberry, masker badan strawberry, mandi dengan sabun strawberry dan ditutup dengan mengoleskan body lotion strawberry ke seluruh tubuh. Perawatan yang rutin dan teratur membuat kulit sehat dan segar menjadi milik anda.



Sumber : bellevuespa.multiply.com

Sunday, August 03, 2008

Found: The Million-Dollar Strawberry Plant


Found: The Million-Dollar Strawberry Plant
Five Aces Breeding LLC, University of Maryland
Seek to Replicate the Perfect Plant through MIPS

COLLEGE PARK, Md.--Five Aces Breeding owner and associate professor Harry Swartz spent 30 years traveling the world on a quest to find the perfect strawberry plant.

Miles of fields and half a million strawberry plants later, in a row of strawberries in Huelva, Spain, Swartz found it—a strawberry plant with single-bladed leaves, dozens of single-flowered trusses, each holding one berry—all ripening at the same time.

“It was extraordinary because I didn’t imagine what it would look like, but within five seconds I realized it was a million-dollar plant,” said Swartz, a faculty member in the Department of Plant Sciences and Landscape Architecture.

That million-dollar plant, nicknamed the “Monophylla” Strawberry, is the subject of a new study conducted at the University of Maryland by Gary Coleman, associate professor in the Department of Plant Sciences and Landscape Architecture, to determine the genes responsible for the new variety, as well as its optimal growth environment, such as temperature, sunlight and day length.

The one-year study is supported by $63,000 in Maryland Industrial Partnerships Program funding.

“This one plant could be instrumental in successfully resolving one of the main challenges in strawberry growing—getting the berries to ripen at the same time,” said Swartz. “Uniform ripening makes mechanical harvesting possible.”

Mechanical harvesting could reduce costs for growers by $5,000 to $10,000 per acre, since fresh strawberries are picked almost exclusively by hand, according to Swartz.

Strawberry plants usually have triple-bladed leaves that ripen on multi-branched, multi-flowered trusses, maturing over the course of several weeks. Both ripe fruits and flowers often occur on the same cluster.

But if Swartz and Coleman succeed, each plant will feature multiple, single-branched trusses, each with a single strawberry, all ripening at the same time, on branches well presented for harvesting.

Once the genetic and breeding behavior for the “Monophylla” are determined, the next challenge will be breeding a plant with other traits required for commercial production.

“The trait that makes “Monophylla” Strawberry perfect is likely recessive, so breeding it with other varieties possessing firm or flavorful berries on stiff, upright trusses will be trying, as the normal dominant gene can mask the “perfect” trait in the resulting seedling,” said Swartz. “It is difficult enough to breed a typical plant producing berries with great characteristics—succulent flavor and firm fruit, on plenty of single upright trusses. The combination of traits yielding superior eating experience occurs on only one of every thousand seedlings.”

Superior eating experiences are collectively a major goal for Swartz.

“We plan to offer gourmet varieties of strawberries with hints of flavors for specific countries—cinnamon-flavored berries for South America, vanilla for Great Britain, floral for France, and chocolate for the U.S.,” said Swartz. “We want something that will compete with Hershey’s chocolate candy.”

Some of those varieties will debut next spring.

Sole owner of Five Aces Breeding LLC, in Laurel, Md., and co-owner of Colorado-based Ruby Mountain Nursery, Swartz also breeds raspberries and blackberries. Five Aces is the world’s largest producer of raspberry seedlings, beating its competitor by nearly double the seedlings, according to Swartz.

Maryland’s cool western mountains, where Swartz plans to move Five Aces Breeding, is exceptional for growing plump strawberries and large firm raspberries, but it also reduces another major contributor to multiple branching—warm temperatures.

Five Aces has several breeding fields in Garrett County, Md., already.

Swartz’s love for strawberries began in the backyard of his grandparents’ homes in Buffalo, N.Y., where they grew their own strawberries, rhubarb and “Concord” grapes. “They always told me not to pick the strawberries or take them away,” he said. “It made them seem like a forbidden fruit.”

The Five Aces Breeding company name came from Swartz’s notion that “every seedling is like a hand of cards; it’s rare to see something extraordinary. To have five aces you have to use a wild card. Ours has been the use of wild berry species.”

Swartz may have a new fifth ace with the “Monophylla” Strawberry plant.

Source :

Strawberry Farm di Maribaya

Plant Sciences, Inc. (see our Links page for link to Plant Sciences) has become world reknown in the area of strawberry plant breeding and research. Since its inception in 1985, PSI has toiled to breed superior strawberry varieties that produce greater yields of nicely shaped, tasty fruit. Only patented strawberry plant varieties from the PSI program are raised at Manzanita Berry Farms. The dream of biotech engineering has not made inroads in the strawberry industry, yet. The breeding, therefore, relies on the classic tedious, time consuming traditional breeding method of crossing parent plants in search of seedlings that exhibit superior qualities.
The University of California has one of the most extensive strawberry breeding programs in the world. Many of the best-known strawberries were developed in the UC program - "Chandler, Douglas, Selva and Camarosa" for example. Plant Sciences, Inc. (PSI), a private organization, breeds strawberries exclusively for Well-Pict's growers and has a program that rivals that of the University of California.



At present, Manzanita Berry Farms raises only PSI variety No.592 (at right). It is a large, well shaped, tasty fruit, somewhat salmon-pink in color when ripe, that begins producing ripe fruit around mid-March in Santa Maria, some 3 weeks later that the Camarosa variety that dominates the berry landscape in California.

B. Variety Testing

Before we can plant one of the new varieties into our commercial fields, the plants must be thoroughly tested. Each new promising seedling undergoes 3-5 years of examination in test plots under field conditions to gain knowledge of its strengths and weaknesses. Once it has been proven viable for commercial planting, the plants must be reproduced in massive quantities, 30,000 plants per acre, in order to fill the commercial fields.

C. Nursery Production
Commercial strawberry plants are reproduced asexually. That is, each plant of any variety is essentially a clone, a vegetative cutting, of another plant of the same variety. Cuttings are made by burying the vegetative shoots, called runners, while they are still attached to the mother plant during the spring. Later in the year, the runners produce roots of their own beneath the surface (becoming a "daughter" plant) and are cut free from the mother plant. Therefore, every plant of one variety, Camarosa for example, is a vegetative derivative of that one original seedling that was selected for advancement in the breeding program years before. The continual growing and cutting of plants from previous ones is the job of the commercial strawberry nursery. Each year, daughter plants are dug from the ground in the fall, cleaned of soil and debris, trimmed by hand and packed into boxes for cooling and shipping to the commercial planting fields. At that time, a certain number of daughters must be held over to replant the nursery for next year's commercial plant harvest.

Friday, August 01, 2008

OSO GRANDE

Springbearer
Inventor, Voth.


This is a short-day variety, Released in 1987 by the University of California, Davis, CA. It is a cross between "Parker" and a hybrid between "Tioga and Pajaro". Interest in it is increasing in south and central coast counties, with the winter planting system preferred. Oso is a high-yielding variety, generally later in production than is Chandler. The fruit is larger than that of any other California cultivar and has a conic to wedge shape. Flavor is excellent , color is medium to dark red, and firmness and shipping qualities are very good.

SELVA

Everbearer

Inventor, Bringhurst, University of California

A day-neutral cultivar released in 1983, this variety is planted primarily in the central coastal counties, using both winter and summer systems. It accounted for 17 percent of the statewide acreage in 1989 plantings. High yielding, it has a typical day-neutral pattern for cyclical fruit production throughout spring, summer, and into fall. Commercial harvests have continued into December. Selva is exceptionally firm and has an acceptable appearance. Flavor is generally regarded as fair to poor, especially early in the season. Flavor is enhanced by allowing berries to fully ripen before picking. Selva also shows a low tolerance to two-spotted red spider mite. This problem can be sever when the plants are not properly conditioned with appropriate chilling treatments to stimulate vigor. This variety is susceptible to powdery mildew. Winter-planting recommendations for Selva call for harvest from high-elevation nurseries as late as is commercially feasible (the last 2 weeks of October) and planting after 2 to 4 weeks of supplemental cold storage, 33 F. Inadequate chilling results in plants with low vigor. Excessive storage can delay and reduce yields. Low-elevation Selva plants dug in mid-December and planted in January or later are now being grown commercially with mixed results. Most day-neutral varieties can be winter-planted with some flexibility, if special care is taken to provide optimum chilling. Summer planting of Selva is not recommended before September 10, with optimum performance often obtained by planting later in September. Large, very firm berries make this productive variety an excellent choice for both commercial and home gardeners. This variety is not well suited for northern locations above the Mason-Dixon Line due to its lack of winter hardiness. Intermediate plant size (12" tall). In Florida, is very early fruiting, usually producing some fruit in November, but the fresh fruit flavor of this cultivar is marginal.
http://www.rootstock.com/variety.html#anchor275690

Sweet Charlie Variety

Released in 1992 was named to honor Professor Charles M. Howard. Dr. Howard worked at the Dover Center from 1967 until his death in 1991. Sweet Charlie is complimentary to the principal cultivars now being grown in west central Florida. In taste tests conducted at he Gulf Coast Research & Education Center in Florida, the fruit was rated superior to that of Selva and Oso Grande for Flavor. The fruit had a higher concentration of sugars and vitamin C and lower acidity than fruit of Selva and Oso Grande. Summarizing the strengths of this variety, it is early fruiting, productive, resistant to anthracnose, and produces fruit with excellent flavor. Its major weakness is its susceptibility to Botrytis and Phomopsis fruit rot. The best way to minimize these rots is to apply protectant fungicides regularly, especially during periods of cloudy, humid conditions and warm weather. It may also be helpful to harvest every 2 or 3 days when daytime temperatures are in the 80's or night temperatures is the 60's. Other problems encountered include cat-faced fruit on the first "hand" of locally propagated plants; albino fruit on plants exposed to high levels of nitrogen fertilizer; cracking of fruit after a rain; and at times berries are produced on which the seeds rub off easily.

Sumber : http://www.rootstock.com/variety.html#anchor275690