Selamat Datang di Blog Unifam Strawberry, Jika anda ingin berkonsultasi seputar budi daya stroberi silahkan menghubungi kami. Dengan senang hati akan kami bantu. Trima kasih

Friday, January 28, 2005

Tamasya Stroberi ala Lembang

Update: Jumat, 31/12/2004, 15:15 wib Tamasya Stroberi ala Lembang
Seolah belum puas dengan tamasya ke kebun stroberi di daerah Ciwidey saat libur Lebaran lalu, kali ini kami bersembilan kembali berangkat untuk menjelajah kawasan Lembang, bertamasya ke perkebunan stroberi di bagian utara Bandung itu.
Di sepanjang jalan mulai dari Terminal Ledeng telah terdapat cukup banyak rumah–rumah penduduk yang membuka kebun stroberinya untuk dipetik sendiri oleh para pengunjung. Meskipun beberapa diantaranya menarik, namun kami hanya melaluinya begitu saja. Tujuan kami sebenarnya adalah Rumah Stroberi yang terletak di daerah Cihideung.
Dari tampak depan, dugaan saya interior di Rumah Stroberi akan biasa–biasa saja. Tetapi setelah saya masuk, ternyata apa yang saya lihat benar–benar di luar dugaan. Tempat yang cukup luas itu ditata dengan cantik. Furniturnya juga terlihat nyaman; betah rasanya berlama–lama duduk di sana. Selain itu di atas hamparan rumputnya juga dipasang beberapa meja. Meskipun kami memilih untuk menempati meja yang terdapat di dalam rumah, pemandangan yang dari sana tetap jelas.
Di salah satu pojok Rumah Stroberi terdapat kebun stroberi yang dibatasi oleh plastik. Jika ingin merasakan nikmatnya memetik stroberi langsung dari tanamannya, kita harus datang ke sini pagi–pagi. Karena jika hari sudah menjelang siang, apalagi jika hari libur, buah stroberi yang sudah ranumnya pasti sudah habis dipetik. Karena kami telah merasakannya saat tamasya ke Ciwidey, kami tidak melakukannya lagi di sini. Lagipula saat itu hari sudah terlalu siang.
Saat itu, walaupun hari Minggu dan saat makan siang, Rumah Stroberi tidak terlalu ramai. Memang, tamu selalu berdatangan, tetapi tidak ada yang sampai harus mengantre untuk mendapat tempat. Kami juga beruntung, tidak harus memberikan ‘tip’ kepada pelayan untuk mencarikan meja. Konon, menurut beberapa sumber, bahkan untuk mulai dilayani saja kita harus rela mengeluarkan uang sekitar lima ribu rupiah.
Kami pun segera memesan ‘menu wajib’ di tempat ini: Nasi Liwet. Selain itu kami juga tertarik untuk mencoba Gurame Goreng Garing Gurih, Bratwurst, dan Makaroni Schotel–nya. Sambil menunggu, kami disuguhi keripik singkong yang rasanya tidak terlalu enak, dan kerupuk kecil dalam toples yang, menurut manajernya, adalah teman makan Nasi Liwet. Rupanya Makaroni Schotel adalah menu yang pertama kali muncul, dan kami semua langsung mencicipinya. Kesan pertamanya adalah bentuknya sangat tidak keruan (adonannya terlalu encer). Tetapi saat dicoba, ternyata rasanya enak juga, hanya sayangnya terlalu asin.
Belum sampai setengah jam kemudian pesanan kami Nasi Liwet dan Bratwurst datang. Lauk untuk Nasi Liwet diantarkan dalam tudung saji dari rotan yang bentuknya menarik. Isinya macam–macam: sayuran mentah (lalab), tahu goreng, tempe goreng, ayam goreng, dan sepiring ikan peda. Nasinya, yang diliwet dengan daun salam, laja, cabe besar, bawang putih, dan berbagai rempah lainnya, disajikan dalam panci liwet tradisional yang porsinya cukup untuk empat orang. Mencium aromanya saja sudah membuat lidah ingin segera menari.
Nasinya memang mempunyai rasa dan wangi yang khas. Ikan peda yang dibakar dengan kecap dan bawang putih juga sangat enak sekaligus asin. Lauk yang lainnya tidak terlalu spesial, namun tetap di atas rata–rata. Bratwurst dan kentang gorengnya disajikan dengan sambal, saus tomat, dan saus mustard. Sosis Bratwurst–nya digoreng utuh, tidak dipotong–potong terlebih dulu, dan tekstur dagingnya relatif lembut.
Tak lupa, kami pun memesan jus stroberinya. Ada yang jusnya dicampur dengan susu full–cream, ada juga yang tidak. Menurut saya, jika dinilai dari skala 1–10, jus stroberi di tempat ini layak diberi nilai 7: rasanya cenderung manis, mungkin karena rasa asamnya sudah tertutup susu.
Mungkin karena begitu menikmati nasi liwet, hingga kami hampir selesai makan, kami masih tidak sadar bahwa ada satu menu lagi yang belum datang. Kami cukup kaget ketika pelayan datang membawakan Gurame Goreng. Karena kami semua sudah sangat kenyang, kami akhirnya memutuskan untuk membungkusnya dan membawanya pulang.
Ada beberapa hal yang patut disayangkan dari Rumah Stroberi, salah satunya adalah WC–nya yang letaknya terpisah dan hanya dua. Banyak orang yang harus mengantre lama, dan hal ini menurut saya mengurangi kenyamanan disini. Hal lain adalah banyaknya lalat dan serangga lainnya, terutama pada meja–meja di bagian yang terbuka. Hal ini sangat mengganggu pengunjung yang sedang makan.
Dari Rumah Stroberi kami meneruskan perjalanan ke arah Lembang. Tujuan selanjutnya adalah Strawberry Sweethearts, sebuah industri rumahan yang menjual jus buah–buahan yang dibekukan. Strawberry Sweethearts terletak di daerah yang tidak terlalu sulit dicapai dari Jalan Raya Maribaya – Lembang.
Ibu pemilik usaha ini ternyata sangat ramah. Kami membeli beberapa dus (satu dusnya berisi 5 atau 9 cup jus beku) untuk dibawa pulang. Kami juga sempat mencicipi langsung beberapa jenis jus beku: alpukat, sirsak, dan stroberi. Menurut saya, jus stroberi disini memiliki rasa yang lebih tegas dan segar daripada jus di Rumah Stroberi, oleh karena itu rasanya layak jika saya memberinya nilai 8. Di depan rumah Strawberry Sweethearts terdapat sebuah kebun sekaligus tempat budidaya anggrek. Menarik juga, berjalan–jalan di kebun indah ini sambil pelan–pelan menghabiskan jus beku yang dibeli dari seberang.
Masih belum puas juga dengan minuman beku, kami pun segera beranjak dan mengunjungi sebuah toko kecil yang menjual es mambo berbagai rasa di daerah Cijeruk, Lembang. Es mambo di toko ini menurut kami sangat enak, apalagi jika ditilik harganya yang bisa dibilang murah.
Sebagian dari kami kemudian meneruskan “petualangan stroberi” ini ke All about Strawberry, sebuah factory outlet yang disulap menjadi sebuah theme park yang segalanya bernuansa merah stroberi. Untuk masuk ke dalam, plus segelas jus stroberi, kami harus membayar lima ribu rupiah. Namun saat itu sebagian dari kami tidak sempat masuk karena harus segera pulang. Tapi paling tidak, puas sudah perut kami semua hari itu dengan suguhan nasi liwet dan jus stroberi yang rasanya pasti tidak mudah terlupakan.
Chriswan Sungkono

No comments:

Post a Comment