Selamat Datang di Blog Unifam Strawberry, Jika anda ingin berkonsultasi seputar budi daya stroberi silahkan menghubungi kami. Dengan senang hati akan kami bantu. Trima kasih

Tuesday, January 11, 2005

Balittro Segera Luncurkan Varietas Unggul Nilam
Jakarta, Kompas - Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor, September mendatang akan meluncurkan varietas unggul nilam (Pogostemon cablin Benth) dari keluarga Labiatae. Badan itu telah mengoleksi jenis tanaman nilam dari berbagai daerah pengembangan terutama di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Jawa Barat.
Rencana tersebut disampaikan Molide Rizal dari Balittro dalam workshop nasional Sains dan Teknologi Pengembangan Minyak Nilam Aceh pada Selasa (20/4) di Jakarta.
Acara yang diadakan Himpunan Kimia Indonesia, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Balittro Departemen Pertanian itu dibuka Dipo Alam, Deputi pada Kantor Menko Ekuin.
Tanaman nilam merupakan penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak atsiri yang per tahun mencapai sekitar 10 juta dollar AS. Indonesia kini menguasai 70 persen pasar minyak nilam dunia (sekitar 1.200 ton per tahun). Pasokan minyak untuk bahan kosmetik, kesehatan, aromaterapi, dan lainnya itu 90 persen dari wilayah NAD.
Para pembicara dari kalangan akademisi ITB, Universitas Padjadjaran, LIPI, eksportir, dan pengusaha yang bermitra dengan petani nilam, wakil Pemerintah Provinsi NAD, serta peneliti dari Balittro, mengisi acara hingga sore hari itu.
Menurut Molide, kelebihan varietas unggulan tersebut adalah produksi minyak jauh lebih tinggi 180-240 kg/ha/tahun, dibanding varietas nilam yang ditanam para petani yang produksi minyaknya 100-200 kg/ha/tahun. Varietas unggul itu berkadar patcheoly alcohol (PA) 32,75-35,40 persen sementara PA nilam petani dibawah 30 persen.
Meski jadi produk andalan, harga minyak nilam dari Indonesia di pasar dunia lebih rendah dibanding minyak nilam yang dibeli Perancis dari Singapura. Rendahnya mutu minyak Indonesia karena teknologi penyulingannya masih konvensional dan ada campuran bahan lain sehingga harga minyak nilam Indonesia hanya 18-20 dollar AS per kg. "Minyak itu tercampur besi dari ketel yang sudah tua," kata Elly Sufriadi dari Universitas Syah Kuala, Banda Aceh.
Minyak nilam di tangan penyuling dan pengumpul sebagaimana hasil uji Balittro Bogor tahun 2003, banyak mengandung lemak dan pelarut organik. Minyak nilam di tingkat eksportir ditemukan mengandung bahan pemalsu.
Budidaya
Untuk meningkatkan produksi minyak nilam perlu penanganan maksimal sejak budi daya sampai pascapanennya. Penggunaan teknologi lebih maju dibutuhkan terutama pada tahap penyulingan agar mutu produksi meningkat.
Anny Sulaswaty dari Pusat Penelitian Kimia LIPI mengatakan, perlu pengembangan atsiri ke sintesa turunan untuk penggunaan spesifik agar nilam bernilai ekonomi tinggi.
Dari budididaya, Molide menyarankan nilam varietas unggul dikembangkan di daerah berketinggian di atas 700 meter dari permukaan laut, curah hujan 1.750-3.500 mm per tahun, dan hari hujan di atas 100. NAD memiliki 2,9 juta ha lahan yang sesuai untuk pengembangan nilam. Penggunaan varietas unggul juga harus diikuti pengendalian hama dan penyakit terpadu, proses panen dan pasca panen yang tepat.
Untuk memberdayakan petani, Abraham Heijboer pemilik PT Amal Banda Aceh mengajak mereka membuat perusahaan penyulingan. "Dengan sistem saham, petani yang berminat menjadi pemilik dan ikut mengelola perusahaan harus membeli saham Rp 50.000 per lembar," jelasnya.
Dengan pengambilan keputusan secara transparan, PT Alam bertugas memasarkan minyak nilam milik petani yang telah diolah di perusahaan milik bersama itu. (TRI)

No comments:

Post a Comment