Selamat Datang di Blog Unifam Strawberry, Jika anda ingin berkonsultasi seputar budi daya stroberi silahkan menghubungi kami. Dengan senang hati akan kami bantu. Trima kasih

Friday, January 28, 2005

sejarah dan budidaya stroberi

1. SEJARAH SINGKAT
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria spp.
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Di Cianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jam.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup (compote) stroberi.
4. SENTRA PENANAMAN
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun.
Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya.
Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C.
Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.
5.2. Media Tanam
Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0.
Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
Perbanyakan dengan biji
Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu keringanginkan.
Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur18-20 derajat C.
Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:
Bibit anakan : Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik.
Bibit stolon : Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.
Bibit untuk budidaya stroberi di polibag : Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
Keringanginkan selama 15-30 hari.
Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan bedengan/ guludan.
Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari. f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.
Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
Keringanginkan 15 hari.
Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg/ha KCl.
Siram hingga lembab.
Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.
Pengapuran : Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan selesai dibuat.
6.3. Teknik Penanaman
Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati.
Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.
Penyiangan : Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan.
Perempelan/Pemangkasan : Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
Pemupukan
Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal di antara barisan, kemudian ditutup tanah.
Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.
Pengairan dan Penyiraman : Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering.

sejarah dan budidaya stroberi

1. SEJARAH SINGKAT
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria spp.
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Di Cianjur ditanam varitas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jam.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup (compote) stroberi.
4. SENTRA PENANAMAN
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun.
Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya.
Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C.
Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.
5.2. Media Tanam
Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0.
Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
Perbanyakan dengan biji
Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu keringanginkan.
Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur18-20 derajat C.
Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:
Bibit anakan : Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik.
Bibit stolon : Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.
Bibit untuk budidaya stroberi di polibag : Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
Keringanginkan selama 15-30 hari.
Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan bedengan/ guludan.
Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari. f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.
Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
Keringanginkan 15 hari.
Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg/ha KCl.
Siram hingga lembab.
Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.
Pengapuran : Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan selesai dibuat.
6.3. Teknik Penanaman
Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati.
Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.
Penyiangan : Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan.
Perempelan/Pemangkasan : Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
Pemupukan
Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal di antara barisan, kemudian ditutup tanah.
Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.
Pengairan dan Penyiraman : Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering.

Kopi Rasa Stroberi Tercipta

PELUANG
Kopi Rasa Stroberi Tercipta* Menunggu Lima Tahun
Ambisi memasarkan hasil kebun stroberi di Provinsi Lampung belum kesampaian. Namun, berkat ketekunannya, Made Jaya menciptakan kopi bercita rasa stroberi. Rasanya tak kalah nikmat dengan soft drink lainnya.
MADE terinspirasi buah stroberi yang kian hari kian tak laku di pasar sehingga buahnya busuk dan percuma. Lalu, sang pemilik kebun itu mencoba mengoplos buah stroberi dengan biji kopi. So, terciptalah kopi rasa stroberi.
Cita rasa kopi stroberi lumayan nikmat dan gurih. Perpaduan dua buah berbeda spesies ini diyakini Made mampu mengusir masuk angin dalam sekejap. Pas untuk minuman di daerah berhawa sejuk atau malam hari.
Semula, Made Jaya hanyalah petani stroberi biasa. Mengandalkan usaha obat-obatan pertanian, ia bercocok tanam stroberi. Maksud hati mengenalkan buah ini sebagai ciri khas daerah Lambar. Tapi apa yang didapat? Setelah lima tahun berjalan, budi daya stroberi yang ditekuninya tak kunjung memberi hasil berarti.
Dia bahkan nyaris putus asa. Buah stroberi hasil panennya hanya laku sedikit karena pemasarannya masih sebatas di Way Tenong saja.
Keruan saja apa yang kini dapat tak laku di pasaran, kecuali buah yang busuk dan kemudian terbuang percuma (mubazir, red).
Lazimnya buah yang tergolong langka di Lampung, stroberi dalam kondisi masak hanya mampu bertahan paling lama dua hari.
"Jika dalam jangka waktu dua hari itu buah yang siap dijual laku habis di Way Tenong, itu hanya keajaiban," ujar dia.
Kondisi demikian, katanya, terus-menerus menjadi dilema, sedangkan biaya sewa lahan tak bisa ditunda-tunda. Harus dibayar setiap tahun!
Diolah
Tak ingin terus-menerus rugi, Made Jaya kemudian berpikir keras bagaimana caranya agar stroberi miliknya tidak terbuang percuma dan rugi berubah untung. "Satu-satunya cara adalah mengolah buah stroberi".
Bukan karena kebetulan jika di Way Tenong banyak dijumpai petani kopi.
Karena itu terpikir olehnya menggabungkan kedua komoditas perkebunan ini sehingga memiliki nilai jual tinggi. "Jika dikombinasikan bukan mustahil produk olahan laku dijual dengan harga tinggi," kata Made. Walaupun hingga saat ini harga kopi merosot tajam, sementara stroberi dari kebunnya banyak terbuang akibat busuk.
Awalnya, ide Made Jaya membuat kopi rasa stroberi kurang mendapat respons, khususnya dari warga sekitar yang masih terhitung tetangganya sendiri.
Made tetap dengan uji cobanya membuat jus stroberi melalui proses stroberi yang telah berubah menjadi jus direndam dengan kopi sehingga benar-benar meresap.
Setelah dilakukan perendaman tersebut, kopi yang telah diresapi dengan jus stroberi digoreng dan diolah menjadi kopi bubuk biasa. Setelah jadi, rasanya pun dicicipi. Dari situ diketahui kopi rasa stroberi benar-benar nikmat. "Kopi ini juga bisa mengusir masuk angin dalam sekejap," kata Made Jaya.
Dari hasil uji cobanya ini, Made Jaya lalu memasarkan sendiri di sekitar Way Tenong. Sehari, dua hari belum ada respons. Namun hari berikutnya permintaan kopi rasa stroberi terlihat makin banyak. Bahkan membuat Made kewalahan melayani permintaan.
Karena pasar mulai mencari, mudah saja bagi Made mematok harga per kilogram kopi rasa stroberi ramuannya itu. "Kopi rasa stroberi itu saya jual Rp15 ribu per kilogramnya," ujar Made.
Menurut dia, dalam beberapa bulan saja dia bisa menghabiskan sampai 5 kuintal lebih kopi rasa stroberi. Pasaran tersebut tidak terbatas warga sekitar Way Tenong saja, melainkan warga pendatang yang kebetulan berkunjung ke Way Tenong.
Kini, boleh jadi, Made sudah tidak perlu khawatir dengan kebun
stroberinya karena buah stroberi yang biasanya busuk bisa dijadikannya jus untuk bahan kopi rasa stroberi. Jelasnya, semuanya berjalan dengan seimbang.
Hanya saja yang masih menjadi kendala pemasaran kopi rasa stroberi ini adalah dari segi kemasan. Menurut Made Jaya, sejumlah pembeli ragu terhadap keaslian dan jaminan mengonsumsi kopi stroberi karena kemasannya masih berupa plastik polos biasa. "Mungkin kalau ada cap di kemasannya pembeli bisa lebih yakin dan penjualannya bisa lebih banyak," kata Made. n Meza Swastika/S-1

SANTAP VITAMIN dari stroberi

SANTAP VITAMIN Melawan penuaan yang datang lebih awal, makanlah makanan yang mengandung antioksidan seperti stroberi. Buah ini mengandung seng, vitamin A, E, dan C. Stroberi menolong tubuh dari kerusakan sel akibat radikal bebas.

Tuty, ”Tukang Insinyur” Petani Bunga

Tuty, ”Tukang Insinyur” Petani Bunga
IR Tuty dan Encar dua nama yang cukup dikenal di kalangan petani bunga di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong, Kab. Bandung. Walaupun berbeda jenis, usia dan latarbelakang pendidikan, tetapi keduanya merupakan petani bunga yang sukses.
Tuty setelah lulus Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya (Unbar) tak berminat menjadi pegawai negeri. Ia malah memilih sebagai pelaku usaha tanaman bunga dan tanaman hias di kampung halamannya. Berkat ketekunannya selama bertahun-tahun, ibu dua anak tsb bukan hanya bisa menikmati hasil secara pinansial, tapi langkah-langkahnya dalam bidang pertanian mendapat apresiasi dari Balai Besar Diklat Agribisnis & Holtikultura Lembang. Tuty terpilih menjadi peserta/utusan pada Pekan Pertanian Nasional 2004 awal bulan Juni mendatang di Makassar Sulawesi Selatan.
Tukang Insinyur lulusan tahun 1996 yang bersuamikan seorang pendidik, mungkin merupakan bagian kecil dari lulusan perguruan tinggi yang berusaha mandiri dan mengaplikasikan ilmunya bagi kegiatan usaha yang ditekuninya sejak masih kuliah. Untuk menyokong kegiatan usahanya, ia tidak kurang dari Rp 100 juta menginvestasikan untuk membangun dua tempat usaha (show room tempat penjualan bunga) serta kebun pembibitan (persemaian).
”Karena ini sudah menjadi bagian pekerjaan, saya terjun langsung bekerja di tempat usaha atau ke kebun pembibitan,” ungkap Tuty tentang keseharianya. Meski pada hari-hari tertentu, ia harus menerima mahasiswa dari sekolah almamaternya yang melakukan praktek kerja lapangan (PKL).
Tanaman bunga yang dibudidayakan pada kebun persemaiannya, selain dibeli pedagang lokal/ pikulan, juga pedagang dari Bukittinggi, Berastagi, Pontianak/Kalimantan, Malang, Solo, Yogyakarta serta beberapa daerah di Jatim dan Bali, juga dari negara kaya raya Brunei Darussalam. ”Penjualan tanaman biasanya melonjak jika ada event-event kenegaraan, khususnya di Jakarta,” ungkapnya dengan nada bangga, seraya menambahkan omzet penjualan Rp 20 juta pada bulan-bulan biasa.
**
BEDA dengan Encar (73 th) pedagang tanaman langka berupa bonsai. Semula, ia menekuni usahanya sebagai petani tanaman bunga/ hias keliling yang dirintisnya sejak dekade tahun 60-an. Banyak suka dan duka yang dialaminya, karena ia menjual barang dagangannya ke Jakarta dengan cara dipikul. Waktu itu yang dijualnya terbatas pada tanaman bunga.
Biasanya setelah sholat subuh, ia bergegas menuju Terminal Kebon Kalapa membawa berbagai jenis tanaman bunga yang dikemasnya dengan menggunakan pelepah batang pohon pisang. Ongkos naik bus dari Bandung ke Jakarta waktu itu sekira Rp 175,00 . Sementara barang dagangan yang dibawanya senilai Rp 3.000,00 .
”Hampir setiap hari, saya pulang - pergi Jakarta Bandung. Berangkat pagi hari, pulang sore, bahkan malam hari. Kegiatan itu dilakoninya dari hari ke hari, sampai pergantian dari tahun ke tahun,” tambahnya mengenang masa lalu.
Encar yang saat ini dikaruniai enam anak, waktu itu setiap hari berjalan kaki memikul dagangannya menelusuri pelosok kota Jakarta. ”Saya sering keliling ke daerah Menteng dan Grogol, karena daerah tsb merupakan daerah pemukiman,” tambahnya.
Sekalipun pekerjaan tsb sangat melelahkan dan harus bermandikan keringat tersengat matahari, tapi beban itu tidak dirasanya. Encar muda berjalan dan terus berjalan menjajakan barang dagangannya, sampai tak diketahui berapa jauh jarak yang telah ditempuhnya. ”Saya tidak pernah menghitung berapa jarak yang telah ditempuh dengan jalan kaki setiap harinya. Saya baru berhenti, kalau ada yang membeli atau sudah merasa kelelahan,” tutur Encar.
Ia malahan mengatakan, semua bebannya akan hilang manakala seluruh dagangannya laku terjual. ”Sulit diungkapkan dengan kata-kata kebahagian yang berkecamuk dalam hati jika barang dagangannya laku terjual,” paparnya. Sebaliknya, jika tanaman bunganya tak ada yang membeli, perasaan frustasi kerap membayangi. Sehingga Encar terpaksa menginap di Jakarta, karena ia tak mau pulang tanpa membawa uang.
Ketekunan serta keuletan dalam menjalani kegiatan usahanya seperti itu, Encar lakoni sampai tahun 70-an. Hasil jerih payahnya tsb disyukurinya karena telah mampu mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi. Bahkan kegiatan usahanya telah membawanya kenal dengan petinggi negara serta pengusaha dan ia mampi memiliki kendaraan roda empat.
Encar adalah profil petani Cihideung yang sampai sejauh ini menghindari berurusan dengan bank untuk mendapatkan modal usaha. Alasannya, karena dagangannya tidak terjual setiap hari sebagaimana tanaman bunga. Khawatir, jika dalam satu bulan atau lebih, sepi pembeli akan berhadapan dengan masalah. Yakni masalah kredit macet !
Dibantu dua orang anaknya, Jajang dan Asep , Encar kini berjualan tanaman langka jenis bonsai di sentra tanaman bunga dan tanaman hias Cihideung Bandung Utara, yang harganya ada yang mencapai jutaan rupiah. Salah satunya Bonsai Karet Korea ditawarkan mulai harga Rp 1,5 juta sampai Rp 25 juta. Pohon Kurma seharga Rp 20 juta, Cemara Udang Rp 500.000 - Rp 6 juta, Sikas Brazil Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Jenis-jenis tanaman tsb memilki nilai jual tinggi, selain jenis Alowe Perak (asal Cina dan Korea), harganya bisa mencapai Rp 15 juta. Untuk jenis Cemara Udang, tahun lalu sempat mengirim ke Singapur sebanyak 30 pohon, juga ke tanah Toraja Sulawesi Tenggara untuk kebutuhan sebuah hotel.
Jenis pohon lain yang harganya dibawah bonsai yang dijual Encar antara lain palm . Palm merah dijual antara Rp 500.000,00u sampai Rp 1 juta, , palm Buditia dan Nolina antara Rp 100.000,00 sampai 500 ribu, Nolina. Sementara palm jenis Kariota dan Green Spot ditawarkan seharga Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. Tanaman lain yang dijual dengan harga cukup tinggi yaitu Desiririon, jenis tanaman hias yang menampilkan keindahan bentuk daunnya. Harganya menembus Rp 3 juta.
Melihat harga tanaman hias yang dijual Encar, bisa diduga konsumennya dari kalangan konglomerat atau berkantong tebal. Perjuangan Encar memang tidak sia-sia. Di usia senjanya, ia kini tinggal memetik hasil dari perjuangan pada masa mudanya (Suparman Watmadihardja/”PR”) ***
SUPLEMEN

IKLAN


TamWaroeng Strawberryancabali dan Tren "Stroberi Petik Sendiri" Tawangmangu Beralih ke Tanaman Stroberi

JAKARTA – Apa jadinya stroberi dan serabi dimodifikasi? Nikmat dan sedap, tentu saja. Apalagi kenikmatan itu dibaluti atmosfer nongkrong yang asyik. Soal harga, dijamin tak bakal bikin ”panas-dingin” waktu mentraktir sang kekasih. ”Eh, sudah pada pesan blom? Silakan pesan loh... Di sini, yang jadi favorit serabi telor sosis ayam mayonaise,” sambut Putra Priyadi, ramah. Dengan gesit, ia menyodorkan buku menu kepada tiga anak muda yang menjadi tamunya malam itu. Yang perempuan nyeletuk,”Kita dapet diskon dong.” Putra menyahut tangkas,”Tenang aja, yang penting pesan dulu.” Di Waroeng Strawberry suasana akrab dan kekeluargaan memang sudah terbangun dari sejak awal. Putra Priyadi – sang pemilik – selalu menekankan hal ini kepada seluruh karyawannya. Maklum, strategi ini sudah terbukti ampuh untuk merayu konsumen betah berlama-lama dan selalu kembali berkunjung lagi. ”Konsep tempat ini bukan rumah makan keluarga, tapi rumah makan dengan sistem kekeluargaan. Tamu-tamu kami bebas mau ngobrol sambil mainan yang ada di meja atau bisa baca-baca majalah,” ujar pemuda berusia 21 tahun ini. Pada meja tamu sudah tersedia aneka permainan, dari congklak, monopoli, halma, ular tangga, scrabble, kartu remi, gapleh, kutak-katik kotak dan masih banyak lagi. Lantas kalau tamunya betah nongkrong, apa tak mengganggu tamu lain yang akan ikut kongko? Maklum, warung yang ada di bilangan Tanjung Duren, Jakarta Barat ini hanya berkapasitas 50 tempat duduk. Sambil tersenyum, Putra berujar enteng,”Itu sudah jadi risiko kita. Tapi, biasanya tamu-tamunya mau ngerti kok.” Karena itu, tak usah heran bila waktu ramai (malam minggu atau hari libur), pengunjung pun sampai rela berdiri, mengantre dapat tempat. Waroeng Strawberry bukan cuma jual keramahan. Dari namanya, warung ini sudah menegaskan menu jualan mereka: serba stroberi. Saat tiba di muka restoran, kita ditambahi keterangan tambahan. Ada, aneka sajian serabi khas Bandung. Wah, apa pula ini....”Saya pilih stroberi, karena segmen pasar kami adalah mahasiswa. Biasanya, mereka suka sama yang unik, nah waktu itu saya coba dengan stroberi yang dibuat jus,” cerita Putra. Hasilnya, sungguh menggembirakan. Dagangan laris manis. Sukses dengan stroberi, Putra memasukkan menu tambahan: serabi Bandung. Serabi yang dijajakan di tempat makan seluas 300 meter persegi ini merupakan cabang dari Serabi Imut Setia Budi Bandung. Bagi penggemar kuliner Jakarta dan sekitarnya, Serabi Imut bukan nama yang asing. Penganan tradisional ini selalu jadi incaran orang. ”Nah, daripada harus jauh-jauh ke Bandung kenapa nggak mampir ke sini saja,” alasan Putra memasukkan penganan ini dalam daftar menu. Pencegah KankerStroberi punya bentuk yang unik, seperti hati. Warna buahnya yang sudah matang pun merah menggoda. Dan rasanya, luar biasa manis dan segar kalau kita beruntung mendapatkan yang kualitasnya tinggi. Buah mungil yang sering disebut buah cinta punya khasiat bagus untuk kesehatan tubuh. Menurut USDA (United State Departement of Agriculture), stroberi mencegah kanker payudara dan leher rahim. Buah ini juga menekan risiko serangan jantung. Fungsi antioksidan stroberi turut disumbang kandungan vitamin C yang tinggi 56,7 mg per 100 gram. Berdasar standar Amerika Serikat, bila memakan delapan buah berukuran sedang mencukupi kebutuhan vitamin C per hari. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang sebutir jeruk. Menurut The Iowa Women’s Helath Study asupan vitamin C mereduksi risiko kanker hingga 37%.Daftar kesaktian stroberi masih panjang. Buah yang pada zaman Yunani kuno diangkat sebagai lambang dewi Cinta ini mampu mencegah jantung koroner dan menekan tekanan darah tinggi. Stroberi juga bisa mengatasi masalah pencernaan, hati, murus-murus, rematik, radang sendi dan encok. ”Makan stroberi juga bagus buat memutihkan gigi,” sebut mahasiswa jurusan hotel manajemen sebuah akademi pariwisata itu. Sadar khasiat yang dahsyat, Putra makin mantap mengembangkan sajian stroberi dalam usaha boganya itu. Terlebih, pengunjung menyambut positif. Ia pun berkreasi. Dicampur bahan dasar lain, jadilah aneka minuman stroberi yang menyegarkan. Ambil contoh, minuman ”I Love You” – campuran buah stroberi segar dengan blue berry. Kabarnya, menu ini jadi favorit pelanggan. Modifikasi stroberi yang paling fenomenal adalah nasi goreng strawberry. Menu ini dimasak dengan bumbu khusus hasil racikan yang sudah dicampur buah stroberi. Sebagai tambahan, ada telur dan daging ayam kampung. Karena disiapkan dengan cermat, ketika matang aroma bumbu stroberi akan tercium harumnya. Harganya, Rp 8.499. Putra juga berkreasi dengan serabi. Serabi Bandung yang gurih itu dibuatnya menjadi 32 jenis pilihan. Ada yang dicampur dengan oncom, meisjes, gula aren, coklat, susu, keju, telur, ayam, kacang dan masih banyak lagi. Modifikasi ini berjalan sukses. Waroeng Strawberry lambat laun makin dikenal, meski baru ditangani Putra sejak enam bulan lalu. Saking ngetopnya, Waroeng Strawberry sempat diundang untuk mengisi stan menu penutup pada jamuan santap malam kenegaraan usai upacara penurunan Sang Saka Merah Putih, 17 Agustus lalu. ”Wah, Ibu Mega sampai tambah loh waktu makan serabi telor sosis ayam mayonaise,” kata Putra bangga sembari menunjukkan foto-foto saat mereka di Istana Negara. Putra mengaku terkejut ketika kepala rumah tangga istana negara mengundangnya ikut rapat persiapan acara pesta kebun itu. ”Saya nggak tahu kapan dia ke sini. Tiba-tiba, saya dapat telepon (pemberitahuan rapat itu),” kata alumnus SMIP Theresia Jakarta ini. Soal persiapan menu, Putra tak mengalami kesulitan. Sebab, katanya, tak yang berbeda dengan apa yang biasa disajikan di warung. Kebanggaan menjadi salah satu pengisi perut orang-orang penting negara ini begitu membekas dalam diri Putra. Tak heran, saat menyapa pengunjung, ia selalu berucap,”Cobain deh serabi imut. Ini makanan kerajaan nih.” Selanjutnya, Anda bisa tebak sendiri penjelasan lanjutan dari mulut Putra. (SH/bayu dwi mardana)

Tamasya Stroberi ala LembangPetani Sayur Rancabali dan Tren "Stroberi Petik Sendiri" Tawangmangu Beralih ke Tanaman Stroberi

Rancabali dan Tren "Stroberi Petik Sendiri"
AGUS (bukan agus yg punya blogger ini lho ini kisah sama dengan saya agus candra penjual stroberi)
duduk di bawah plang putih bertuliskan "Jual Bibit dan Stroberi Petik Sendiri". Ia terlihat santai, tetapi waspada mengamati setiap mobil yang memperlambat lajunya. Begitu ada mobil yang melaju pelan, ia langsung beranjak mendekati. "Pak, mau stroberi petik sendiri?" tanyanya.
DENGAN sigap, mulutnya nyerocos. "Kalau ingin yang segar-segar, coba stroberi petik sendiri. Mau pilih yang besar dan merah sambil menikmati udara sejuk Rancabali? Ayo, kebun milik Kurnia," katanya.
Kecamatan Rancabali, yang masih termasuk Kabupaten Bandung, terletak di wilayah pegunungan sebelah selatan Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasinya tidak jauh dari Kecamatan Ciwidey, yang terkenal dengan perkebunan tehnya.
Kalau Rancabali sebelumnya lebih dikenal sebagai kawasan kebun teh, kini warga setempat punya mata pencaharian baru, yaitu stroberi. Kendati masih terbilang baru, paling tidak sudah 500 petani beralih dari usaha sayur-mayur ke stroberi.
Selain menjual buahnya, sebagian warga kemudian berinisiatif berbisnis strawberry walk. Sama dengan tea walk, wisatawan domestik dapat berjalan-jalan di kebun-kebun stroberi. Hanya bedanya, mereka dapat langsung menikmati kesegaran buah yang dipetik dari pohon.
STROBERI yang bukan tanaman asli Indonesia itu dipercaya berasal dari Amerika Serikat. Baru pada pertengahan tahun 1990-an, stroberi dikenal masyarakat Rancabali. Kemudian, mulai merambah ke Ciwidey yang secara geografis letaknya lebih rendah daripada Rancabali.
Sekitar tahun 1995, seorang petani diketahui membeli bibit stroberi dari luar negeri dan mencoba menanamnya di Rancabali. Kenapa di sana? Karena udaranya yang dingin menyerupai habitat asli stroberi.
Namun, baru dua tahun kemudian, yaitu tahun 1997, stroberi menjadi tanaman yang umum ditemui di halaman rumah penduduk. Menyadari potensinya, pada tahun 1999 masyarakat mulai menanam stroberi dalam skala besar. "Ketika itu, momennya pas dengan jatuhnya harga sayur sehingga petani mulai cari alternatif lain yang lebih menjanjikan," kata Tachro, seorang penyuluh dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, di Soreang.
Hanya saja, ketika itu, pemasaran buah berwarna merah berbintik putih itu masih sulit. Karena mudah busuk, pemasarannya tidaklah jauh, baru seputar Bandung. Sekitar tahun 2000, pasar stroberi mulai merambah ke luar Bandung, yaitu ke Jakarta. Menyusul perbaikan di segi pengumpulan, pengemasan, dan pemasaran, terjadi booming stroberi pada tahun 2001.
Tiga tahun berselang, tahun 2004, kebun stroberi mendominasi pertanian di dua kecamatan yang letaknya tak jauh dari Gunung Patuha itu. Ciwidey dan Rancabali yang dulu dikenal dengan kebun tehnya, sekarang dengan kebun stroberi.
Dari lima jenis dan 19 varietas stroberi yang telah dikenal di dunia, manakah yang dikenal warga Rancabali dan Ciwidey? Jenis stroberi yang banyak ditanam penduduk adalah Fragaria nilgerrensis. Tetapi, oleh warga lebih sering disebut stroberi Nyoho. Selain itu, dikenal pula stroberi California (Fragaria vesca), Holland, dan Ananassa (Fragaria ananassa).
Menurut beberapa petani, kultivar-kultivar itu dapat dibedakan dari bentuk buahnya. Buah stroberi Nyoho dan Ananassa agak mengerucut (konikal), sementara California dan Holland agak membulat (globosa). Kesamaannya, petani dapat memanen buah stroberi tiga hingga empat kali seminggu.
Tidak hanya kesegarannya, stroberi menggiurkan karena mengandung banyak nutrisi, seperti kalium, zat besi, dan vitamin C. Karena rendah kalori, jus stroberi menjadi salah satu minuman yang digemari masyarakat Bandung dan Jakarta.
SEOLAH menjadi tren, plang-plang bertuliskan "Stroberi Petik Sendiri" banyak dijumpai di sepanjang jalan Kampung Warungpalu, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali. Dengan harga Rp 35.000 per kilogram, pengunjung bebas memilih dan memetik buah stroberi langsung dari dahan-dahan tanaman.
Stroberi warga biasanya ditanam di karung-karung. Karung bekas tempat beras itu diisi tanah lebih kurang seberat 40 kilogram, kemudian dipadatkan dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter.
Hampir tidak ada yang menanam stroberi langsung di tanah (sistem mulsa). Kendati ada, itu pun berada dalam rumah kaca (green house), seperti yang dilakukan Doddy Abdurrahman dari Kelompok Mitra Tani.
Pada tiap karung, petani menanam empat bibit stroberi. Dengan ketinggian setengah meter itu, buah yang dihasilkan akan menjuntai ke luar tatkala tiba waktu panen, namun tidak menyentuh tanah.
Rupanya, taktik menanam pada karung-karung dimaksudkan untuk mencegah pembusukan buah. Menurut beberapa petani, buah stroberi sangat mudah busuk bila bersentuhan dengan tanah lembap.
Dari sejumlah perkebunan stroberi yang berada tepat di tepi jalan Kampung Warungpalu, terdapat kebun milik Kurnia (29). Petani yang sebelumnya menanam seledri selama enam tahun itu mengaku mempunyai dua kebun stroberi. Total luas lahan yang disewanya mencapai 400 tombak atau sekitar setengah hektar.
Dengan ringan, ia menjelaskan alasan mengapa ia "hengkang" dari bisnis seledri. "Harga seledri enggak standar, Mbak. Lain stroberi, harganya standar di mana-mana, Rp 35.000 per kilo," kata Kurnia seraya tersenyum.
Menurutnya, dari 100 tombak, ia dapat memperoleh 60-70 kilogram stroberi sebulan. Apabila harga buah Rp 35.000 per kilogram, ia dapat mengantongi sekitar Rp 2,5 juta. Dengan luas kebun 400 tombak, pemasukannya mencapai empat kali lipat, atau Rp 10 juta!
Tak pelak, untung besar ada di depan mata. Dengan penghasilannya, Kurnia memperluas kebun wisata stroberinya. Kalau sebelumnya ia hanya menyewa lahan seluas 100 tombak, kini ia dapat menyewa lahan seluas 300 tombak. Dengan demikian, jumlah total karung tanaman stroberinya mencapai 1.000.
Kendati masih harus menyewa tanah, Kurnia mengaku, keuntungan yang diperolehnya masih cukup besar. "Nyewa tanah di sini mah murah, paling Rp 5 juta setahun. Saya masih bisa nyimpan," katanya.
Apabila ditinjau dari segi waktu, Kurnia termasuk petani stroberi yang sukses. Perintisan pertamanya baru dimulai awal tahun 2003, namun telah berkembang pesat pada akhir tahun yang sama. Itu berarti hanya butuh waktu sembilan bulan untuk melipatgandakan luas lahan dan keuntungan.
Walau sekilas buah stroberi yang ditanam Kurnia terlihat serupa, sebenarnya ada tiga macam. Ia menunjukkan kalau bibit stroberi Nyoho, yang paling banyak ditanam petani, berukuran lebih kecil daripada bibit stroberi Holland dan California.
Soal rasa, Kurnia mengatakan, stroberi California relatif lebih manis dibandingkan dengan stroberi Jepang. Namun, yang paling enak tetaplah stroberi Holland.
Walaupun bisnis agrowisata stroberi merupakan bisnis yang menjanjikan, toh tidak mudah melakoninya, khususnya di musim hujan ketika kondisi udara sangat lembap. Padahal buah stroberi mudah busuk.
Contohnya Deli, pengurus kebun stroberi yang tergabung dalam Mitra Tani yang beranggotakan sekitar 90 petani stroberi. Ia menyebutkan, penurunan produksi buah sebesar 60 persen saat musim hujan. Sebaliknya, saat musim kemarau tiba, produksi buah stroberi dari 1.000 karung bisa mencapai satu kuintal per minggu.
Memang, para petani tahu kalau stroberi tumbuh baik pada musim kemarau, yaitu ketika udara cukup kering. Dengan ketersediaan cahaya matahari yang cukup berlimpah, pertumbuhan daun lebih baik dan menghasilkan buah stroberi lebih manis dan berukuran besar. Namun, mereka tidak mungkin bertani sesuai musim karena "dapur harus terus mengepul".
Untuk itu, petani menempuh berbagai cara. Kebanyakan petani memasang atap transparan di atas kebun-kebun stroberi agar tidak langsung terkena kucuran hujan. Namun, Kurnia bertahan dengan kebun tanpa atap. Menurutnya, pertumbuhan stroberi kurang baik dengan naungan atap.
"Biasanya, daun stroberi yang ternaungi atap agak jelek. Kalau tidak pakai atap, daunnya lebih bagus dan lebar," kata Kurnia.
Namun, menurut Tachro, ada tidaknya atap tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas buah saat musim hujan. "Produktivitas buah tetap turun drastis waktu musim hujan. Tak sedikit, penurunan bisa mencapai 90 persen," katanya.
Tanpa atap, bunga sulit berkembang baik karena terkena hujan. Sementara, dengan atap, kelembapan yang tinggi membuat stroberi lekas busuk.
Petani ternyata tidak hanya menghadapi kendala udara lembap. Petani masih harus dihadapkan dengan masalah hama daun, yaitu apid merah muda dan cendawan Verticillium. Mudah mengamati daun yang terkena hama karena warnanya berubah menjadi coklat kekuningan (nekrosis).
Untuk itu, Kurnia menyemprotkan obat antihama ke atas semua tanaman stroberinya. Biaya perawatan yang dikeluarkannya tak kecil. Sekitar Rp 450.000 tiap kali perawatan, dengan rincian Rp 250.000 untuk biaya tenaga kerja dan Rp 200.000 untuk obat-obatan.
Meskipun demikian, petani stroberi punya resep pestisida hayati tersendiri, yang disebut Formula Organik Plus. Dengan bahan, antara lain, berupa air seni kelinci, terasi, buah nanas muda, dan sabun colek, petani dapat mengatasi hama tanpa perlu mengeluarkan biaya banyak.(Kartika Simatupang)

Tamasya Stroberi ala LembangPetani Sayur Tawangmangu Beralih ke Tanaman Stroberi

Petani Sayur Tawangmangu Beralih ke Tanaman Stroberi
Karanganyar, Kompas - Tidak stabilnya harga komoditas sayur-mayur selama ini mendorong sejumlah petani di sentra pertanian Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa tengah, beralih mengembangkan budidaya tanaman stroberi. Harga jual buah stroberi lebih stabil dan nilai jualnya juga lebih tinggi karena belum banyak petani di daerah lain yang mengembangkan jenis tanaman yang cocok ditanam di daerah dingin ini.
"Untuk wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, baru kelompok kami yang secara serius mengembangkan stroberi. Seperti petani di Kopeng (Kabupaten Magelang), saya lihat belum ada yang mengembangkan tanaman stroberi," kata Marjono, Ketua Kelompok Tani Stroberi Sumber Agung, ketika ditemui di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Selasa (9/12).
Marjono menjelaskan, setiap satu hektar lahan tanaman stroberi bisa menghasilkan hingga 150 kilogram buah. Harga buah dari petani untuk jenis super atau kelas A mencapai Rp 15.000 per kilogram (kg). Setelah dipak dalam plastik transparan, stroberi dijual ke supermarket seharga Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per kg.
"Sampai sekarang ini ada sekitar 20 supermarket di Jateng dan DIY yang siap mengambil hasil tanaman kami," ujar Marjono. Dikatakan, ia dan 24 petani di Kelompok Tani Stroberi Sumber Agung mulai membudidayakan stroberi tahun 1999. Langkah ini diambil karena petani selalu dirugikan akibat harga sayur-mayur yang tidak pernah stabil.
Bermula dengan menanam stroberi ana (jenis lokal), kata Marjono, ia dan teman-temannya mulai memikirkan untuk mengembangkan tanaman stroberi yang cocok dengan iklim di di Lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1.200 di atas permukaan air laut. Dengan biaya sendiri, mereka mengadakan studi banding ke Lembang, Jawa Barat; Malang, Jawa Timur; dan Bali.
"Dari studi banding itu, kami mendapatkan empat jenis stroberi, yaitu jenis silva, daun keriting, daun bundar, dan tristar. Yang paling cocok untuk daerah kami adalah jenis daun keriting dan tristar. Mulai tahun 2000 kami mengembangkan di lahan seluas tiga hektar," ujarnya. Saat ini ada sekitar 20 supermarket yang siap menampung.
"Tanaman stroberi ini tidak bagus kalau terkena hujan. Karena itu, kami hanya bisa mengembangkan setiap musim kemarau. Kami mulai menanam bulan Februari-Maret, nanti bulan Juli sudah panen," kata Marjono lagi. (IK

Tamasya Stroberi ala Lembang

Update: Jumat, 31/12/2004, 15:15 wib Tamasya Stroberi ala Lembang
Seolah belum puas dengan tamasya ke kebun stroberi di daerah Ciwidey saat libur Lebaran lalu, kali ini kami bersembilan kembali berangkat untuk menjelajah kawasan Lembang, bertamasya ke perkebunan stroberi di bagian utara Bandung itu.
Di sepanjang jalan mulai dari Terminal Ledeng telah terdapat cukup banyak rumah–rumah penduduk yang membuka kebun stroberinya untuk dipetik sendiri oleh para pengunjung. Meskipun beberapa diantaranya menarik, namun kami hanya melaluinya begitu saja. Tujuan kami sebenarnya adalah Rumah Stroberi yang terletak di daerah Cihideung.
Dari tampak depan, dugaan saya interior di Rumah Stroberi akan biasa–biasa saja. Tetapi setelah saya masuk, ternyata apa yang saya lihat benar–benar di luar dugaan. Tempat yang cukup luas itu ditata dengan cantik. Furniturnya juga terlihat nyaman; betah rasanya berlama–lama duduk di sana. Selain itu di atas hamparan rumputnya juga dipasang beberapa meja. Meskipun kami memilih untuk menempati meja yang terdapat di dalam rumah, pemandangan yang dari sana tetap jelas.
Di salah satu pojok Rumah Stroberi terdapat kebun stroberi yang dibatasi oleh plastik. Jika ingin merasakan nikmatnya memetik stroberi langsung dari tanamannya, kita harus datang ke sini pagi–pagi. Karena jika hari sudah menjelang siang, apalagi jika hari libur, buah stroberi yang sudah ranumnya pasti sudah habis dipetik. Karena kami telah merasakannya saat tamasya ke Ciwidey, kami tidak melakukannya lagi di sini. Lagipula saat itu hari sudah terlalu siang.
Saat itu, walaupun hari Minggu dan saat makan siang, Rumah Stroberi tidak terlalu ramai. Memang, tamu selalu berdatangan, tetapi tidak ada yang sampai harus mengantre untuk mendapat tempat. Kami juga beruntung, tidak harus memberikan ‘tip’ kepada pelayan untuk mencarikan meja. Konon, menurut beberapa sumber, bahkan untuk mulai dilayani saja kita harus rela mengeluarkan uang sekitar lima ribu rupiah.
Kami pun segera memesan ‘menu wajib’ di tempat ini: Nasi Liwet. Selain itu kami juga tertarik untuk mencoba Gurame Goreng Garing Gurih, Bratwurst, dan Makaroni Schotel–nya. Sambil menunggu, kami disuguhi keripik singkong yang rasanya tidak terlalu enak, dan kerupuk kecil dalam toples yang, menurut manajernya, adalah teman makan Nasi Liwet. Rupanya Makaroni Schotel adalah menu yang pertama kali muncul, dan kami semua langsung mencicipinya. Kesan pertamanya adalah bentuknya sangat tidak keruan (adonannya terlalu encer). Tetapi saat dicoba, ternyata rasanya enak juga, hanya sayangnya terlalu asin.
Belum sampai setengah jam kemudian pesanan kami Nasi Liwet dan Bratwurst datang. Lauk untuk Nasi Liwet diantarkan dalam tudung saji dari rotan yang bentuknya menarik. Isinya macam–macam: sayuran mentah (lalab), tahu goreng, tempe goreng, ayam goreng, dan sepiring ikan peda. Nasinya, yang diliwet dengan daun salam, laja, cabe besar, bawang putih, dan berbagai rempah lainnya, disajikan dalam panci liwet tradisional yang porsinya cukup untuk empat orang. Mencium aromanya saja sudah membuat lidah ingin segera menari.
Nasinya memang mempunyai rasa dan wangi yang khas. Ikan peda yang dibakar dengan kecap dan bawang putih juga sangat enak sekaligus asin. Lauk yang lainnya tidak terlalu spesial, namun tetap di atas rata–rata. Bratwurst dan kentang gorengnya disajikan dengan sambal, saus tomat, dan saus mustard. Sosis Bratwurst–nya digoreng utuh, tidak dipotong–potong terlebih dulu, dan tekstur dagingnya relatif lembut.
Tak lupa, kami pun memesan jus stroberinya. Ada yang jusnya dicampur dengan susu full–cream, ada juga yang tidak. Menurut saya, jika dinilai dari skala 1–10, jus stroberi di tempat ini layak diberi nilai 7: rasanya cenderung manis, mungkin karena rasa asamnya sudah tertutup susu.
Mungkin karena begitu menikmati nasi liwet, hingga kami hampir selesai makan, kami masih tidak sadar bahwa ada satu menu lagi yang belum datang. Kami cukup kaget ketika pelayan datang membawakan Gurame Goreng. Karena kami semua sudah sangat kenyang, kami akhirnya memutuskan untuk membungkusnya dan membawanya pulang.
Ada beberapa hal yang patut disayangkan dari Rumah Stroberi, salah satunya adalah WC–nya yang letaknya terpisah dan hanya dua. Banyak orang yang harus mengantre lama, dan hal ini menurut saya mengurangi kenyamanan disini. Hal lain adalah banyaknya lalat dan serangga lainnya, terutama pada meja–meja di bagian yang terbuka. Hal ini sangat mengganggu pengunjung yang sedang makan.
Dari Rumah Stroberi kami meneruskan perjalanan ke arah Lembang. Tujuan selanjutnya adalah Strawberry Sweethearts, sebuah industri rumahan yang menjual jus buah–buahan yang dibekukan. Strawberry Sweethearts terletak di daerah yang tidak terlalu sulit dicapai dari Jalan Raya Maribaya – Lembang.
Ibu pemilik usaha ini ternyata sangat ramah. Kami membeli beberapa dus (satu dusnya berisi 5 atau 9 cup jus beku) untuk dibawa pulang. Kami juga sempat mencicipi langsung beberapa jenis jus beku: alpukat, sirsak, dan stroberi. Menurut saya, jus stroberi disini memiliki rasa yang lebih tegas dan segar daripada jus di Rumah Stroberi, oleh karena itu rasanya layak jika saya memberinya nilai 8. Di depan rumah Strawberry Sweethearts terdapat sebuah kebun sekaligus tempat budidaya anggrek. Menarik juga, berjalan–jalan di kebun indah ini sambil pelan–pelan menghabiskan jus beku yang dibeli dari seberang.
Masih belum puas juga dengan minuman beku, kami pun segera beranjak dan mengunjungi sebuah toko kecil yang menjual es mambo berbagai rasa di daerah Cijeruk, Lembang. Es mambo di toko ini menurut kami sangat enak, apalagi jika ditilik harganya yang bisa dibilang murah.
Sebagian dari kami kemudian meneruskan “petualangan stroberi” ini ke All about Strawberry, sebuah factory outlet yang disulap menjadi sebuah theme park yang segalanya bernuansa merah stroberi. Untuk masuk ke dalam, plus segelas jus stroberi, kami harus membayar lima ribu rupiah. Namun saat itu sebagian dari kami tidak sempat masuk karena harus segera pulang. Tapi paling tidak, puas sudah perut kami semua hari itu dengan suguhan nasi liwet dan jus stroberi yang rasanya pasti tidak mudah terlupakan.
Chriswan Sungkono

konsultasi maya all about strawbery

ALL ABOUT STRAWBERY CONSULTANT
Konsultasi All about strawbery, anda dapat menanyakan langsung seputar permasalahan dunia strawbery dari mulai budidaya, pasca panen, pemasaran sampai agrowisata strawbery. Seputar permasalahan Budi daya sistem hidrofonik lahan terbuka dengan pengembangan varietas strawberi hokowake (jepang), california, sweet charly. Konsultan telah bergerak di usaha stroberi ini semenjak mahasiswa tingkat 3 di IPB. Konsultan memiliki kenalan paman sendiri dengan mengusahakan budi daya strawbery sistem hidrofonik lahan terbuka di kawasan cipanas cianjur jawa barat. kenalan dengan pengusaha agrowisata di kawasan cigugurgirang-parongpong bandung jawa barat. dengan konsep agrowisata strawbery yang dipadukan dengan konsep perkampungan dengan pendatang para ekspatriat, pendatang dari jakarta, surabaya yang membludak setiap akhir pekan. Konsultan pun telah merintis berjualan strawbery dalam bentuk bibit yang dijual pada saat DIES NATALIS IPB. dimana berjualan di tenda Usaha Sehat Dompet Duafa Republika. ketika itu stand strawbery banyak mendapatkan kunjungan sehingga memperoleh juara pertama stand pertanian.
Apabila saudara berminat silahkan kirimkan email ke alamat :

Tuesday, January 11, 2005

Cocok Dikembangkan di IndonesiaKetergantungan Serat Alam Hamburkan Devisa Negara
JAKARTA, (PR).-Staf Ahli Tim Terpadu Agro Industri Serat Rami Nasional Kementerian Koperasi dan UKM, Entjep Sukandar Antadiredja, menilai ketergantungan RI terhadap 100 persen impor serat alam terutama serat kapas yang mencapai rata-rata 700 ribu ton/tahun selama ini merupakan pemborosan bagi devisa negara.
"Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia harus mempunyai kemampuan dasar menghasilkan serat alam sendiri agar dapat mandiri dan kompetitif terutama di pasar dunia tekstil," jelas Entjep.
Hal itu dikatakannya di sela penyerahan seperangkat alat penyempurnaan pengolahan serat rami kepada Pemda Kab. Wonosobo Jawa Tengah, yang kemudian diserahkan kepada Kopserindo (Koperasi Pengembang Serat Alam Indonesia) oleh Menperindag Rini Soewandi, belum lama ini.
Disebutkan, penandatanganan MoU dengan enam perusahaan TPT (tekstil dan produk tekstil) pengolah dan pemakai serat rami dengan Kopserindo merupakan langkah awal positif dari segi perindustrian, terutama untuk menunjang Program Pengembangan Agroindustri Serat Rami Nasional.
"Diharapkan, untuk tahun 2004 Kopserindo telah memiliki penyempurnaan peralatan pengolahan serat ke arah serat panjang rami halus (rami top) dan pemintalan serat panjang, khususnya untuk serat rami yang belum kita miliki," papar Entjep.
Diakui, upaya tersebut sangat penting untuk menunjang ketinggalan Indonesia dalam pengembangan serat rami dunia agar sejajar dengan negara lain yang lebih maju dalam pengembangan komoditi tersebut, seperti Cina, Brasil, Filipina, dsb. Hal ini seiring pula meningkatnya permintaan serat alam oleh masyarakat dunia (back to nature).
Meski demikian, tambah Entjep, Program Pengembangan Agro Industri Serat Rami di Indonesia, semata-mata jangan selalu dikaitkan dan dibandingkan dengan pengembangan serat kapas dunia karena masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri, dengan kelebihan dan kekurangannya. "Akibatnya, akan membingungkan dunia TPT dan kelompok tani atau UKM di Indonesia," tambahnya.
Cocok dikembangkan
Berdasarkan riset dan penelitian, Budi Daya Agro Industri Serat Rami dinilai paling cocok secara massal untuk dikembangkan di Indonesia, dengan jumlah panen produksi 5 sampai 6 kali pertahun. Maka tidak salah bila Indonesia secara bertahap melangkah ke arah pengembangan serat tersebut dengan berbagai risiko yang ada. "Kiranya, 1.000 ha cukup untuk pendirian 30 ribu mata pintal serat panjang," ungkap Entjep.
Begitu pula dengan keberadaan Kopserindo misalnya, yang didorong untuk menghasilkan serat rami pendek siap pintal (taple fiber) sebanyak 10 ton perbulan. Dengan luas areal yang ada sampai saat ini di Wonosobo sekira 100 ha, dan terus berkembang dengan sasaran pasar dalam negeri.
Selain itu juga, dukungan Kementerian KUKM dan Hutbun yang menambah areal 12 kabupaten dan lima provinsi. Tiap lokasi/kabupaten dengan total produksi sekira 1.000 ton/tahun serat kasar. "Tentu hal ini menjadi tantangan bagi kita semua, baik dari kelompok tani, pengembang TPT dan pemerintah untuk secara bersama dan terpadu menyukseskan program ini," katanya.
Kerjasama yang baik dengan kelompok tani, menurutnya, sampai saat ini tidak ada masalah, sama-sama diuntungkan dan selalu dicari jalan yang terbaik agar semua yang terlibat bisa menikmati bersama.
Dalam hal ini, Kopserindo menargetkan pada kelompok tani untuk menghasilkan batang basah sebanyak 15-20 ton per hektare per satu kali panen (2 bulan) dengan harga batang basah per kilogram berkisar Rp 165,00-Rp 200,00. "Dengan seleksi kualitas standar, tampaknya pendapatan petani saat ini cukup baik," jelasnya.
Program tersebut ditopang pula dengan adanya Program Mix Farming dengan peternakan seperti sapi, domba, dan itik yang menghasilkan pakan ternak dan pupuk organik dari waste ramie. "Kita semua yang terlibat harus berjiwa besar. Mengingat masalah ini merupakan masalah nasional dan perjuangan untuk menunjang program pemerintah untuk menyukseskan pemberdayaan ekonomi kerakyatan secara nyata, bukan hanya teori belaka," tandas Entjep. (A-68)***
IKLAN


Balittro Segera Luncurkan Varietas Unggul Nilam
Jakarta, Kompas - Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor, September mendatang akan meluncurkan varietas unggul nilam (Pogostemon cablin Benth) dari keluarga Labiatae. Badan itu telah mengoleksi jenis tanaman nilam dari berbagai daerah pengembangan terutama di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Jawa Barat.
Rencana tersebut disampaikan Molide Rizal dari Balittro dalam workshop nasional Sains dan Teknologi Pengembangan Minyak Nilam Aceh pada Selasa (20/4) di Jakarta.
Acara yang diadakan Himpunan Kimia Indonesia, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Balittro Departemen Pertanian itu dibuka Dipo Alam, Deputi pada Kantor Menko Ekuin.
Tanaman nilam merupakan penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak atsiri yang per tahun mencapai sekitar 10 juta dollar AS. Indonesia kini menguasai 70 persen pasar minyak nilam dunia (sekitar 1.200 ton per tahun). Pasokan minyak untuk bahan kosmetik, kesehatan, aromaterapi, dan lainnya itu 90 persen dari wilayah NAD.
Para pembicara dari kalangan akademisi ITB, Universitas Padjadjaran, LIPI, eksportir, dan pengusaha yang bermitra dengan petani nilam, wakil Pemerintah Provinsi NAD, serta peneliti dari Balittro, mengisi acara hingga sore hari itu.
Menurut Molide, kelebihan varietas unggulan tersebut adalah produksi minyak jauh lebih tinggi 180-240 kg/ha/tahun, dibanding varietas nilam yang ditanam para petani yang produksi minyaknya 100-200 kg/ha/tahun. Varietas unggul itu berkadar patcheoly alcohol (PA) 32,75-35,40 persen sementara PA nilam petani dibawah 30 persen.
Meski jadi produk andalan, harga minyak nilam dari Indonesia di pasar dunia lebih rendah dibanding minyak nilam yang dibeli Perancis dari Singapura. Rendahnya mutu minyak Indonesia karena teknologi penyulingannya masih konvensional dan ada campuran bahan lain sehingga harga minyak nilam Indonesia hanya 18-20 dollar AS per kg. "Minyak itu tercampur besi dari ketel yang sudah tua," kata Elly Sufriadi dari Universitas Syah Kuala, Banda Aceh.
Minyak nilam di tangan penyuling dan pengumpul sebagaimana hasil uji Balittro Bogor tahun 2003, banyak mengandung lemak dan pelarut organik. Minyak nilam di tingkat eksportir ditemukan mengandung bahan pemalsu.
Budidaya
Untuk meningkatkan produksi minyak nilam perlu penanganan maksimal sejak budi daya sampai pascapanennya. Penggunaan teknologi lebih maju dibutuhkan terutama pada tahap penyulingan agar mutu produksi meningkat.
Anny Sulaswaty dari Pusat Penelitian Kimia LIPI mengatakan, perlu pengembangan atsiri ke sintesa turunan untuk penggunaan spesifik agar nilam bernilai ekonomi tinggi.
Dari budididaya, Molide menyarankan nilam varietas unggul dikembangkan di daerah berketinggian di atas 700 meter dari permukaan laut, curah hujan 1.750-3.500 mm per tahun, dan hari hujan di atas 100. NAD memiliki 2,9 juta ha lahan yang sesuai untuk pengembangan nilam. Penggunaan varietas unggul juga harus diikuti pengendalian hama dan penyakit terpadu, proses panen dan pasca panen yang tepat.
Untuk memberdayakan petani, Abraham Heijboer pemilik PT Amal Banda Aceh mengajak mereka membuat perusahaan penyulingan. "Dengan sistem saham, petani yang berminat menjadi pemilik dan ikut mengelola perusahaan harus membeli saham Rp 50.000 per lembar," jelasnya.
Dengan pengambilan keputusan secara transparan, PT Alam bertugas memasarkan minyak nilam milik petani yang telah diolah di perusahaan milik bersama itu. (TRI)

Friday, January 07, 2005

BIOTEKNOLOGI

Pepaya rekayasa genetika bermasalah di Hawaii
Ani Purwati - 5 Oct 2004 10:45
Pada bulan September 1997, Pemerintahan Amerika Serikat menyetujui komersialisasi pepaya rekayasa genetika di Hawaii. Setelah ada kesepakatan dengan universitas dan perusahaan pemegang hak paten pepaya rekayasa genetika (termasuk Monsanto), benih dapat dibuat dan dikomersialkan pada bulan Mei 1998.
Benih papaya hawaii hasil rekayasa genetika adalah benih yang mengandung bahan genetik percobaan yang tidak dapat dipantau. Melepaskannya ke lingkungan akan berbahaya bagi ekologi, demikian disampaikan Greenpeace Asia Tenggara kepada beritabumi.or.id Agustus 2004.
Terbukti setelah lima tahun berlalu, telah terjadi kontaminasi genetik dari pepaya hawaii yang mengancam lingkungan secara terus-menerus.
Berdasarkan informasi yang disampaikan Greenpeace, pepaya rekayasa genetika di Hawaii menunjukkan :
-Pertama: Pepaya rekayasa genetika tidak wajar dan ilmuan juga tidak yakin dengan apa yang dilakukannya.
Pepaya rekayasa genetika dibuat dengan memotong gen dari virus ringspot dan memasukkannya ke sel pepaya, dengan maksud agar pepaya tahan terhadap virus ringspot.
Ilmuan yang merekayasanya juga tidak mengetahui mengapa gen dari ringspot membuat pepaya resisten terhadap virus ringspot. Mereka tidak tahu apakah memasukkan gen mempunyai efek lain. Dengan memotong dan melepaskan gen suatu spesies ke spesies lain menyebabkan terjadinya evolusi gen selama beberapa tahun.
-Kedua: Pepaya rekayasa genetika tidak terpantau.
Di Hawaii, pepaya rekayasa genetika yang disebut SunUp ditemukan mudah terinfeksi oleh jamur dan penyakit tanaman baru, termasuk jamur blackspot, setelah lima tahun pepaya rekayasa genetika dikomersialkan.
Ketika jamur blackspot menyebar di antara pepaya rekayasa genetika, petani yang menanam pepaya rekayasa genetika harus menyemprotkan fungisida setiap 10 hari.
Penelitian lain menunjukkan tipe virus ringspot yang baru bisa tumbuh karena pepaya rekayasa genetika.
Tidak ada bukti yang mendukung pepaya rekayasa genetika aman dikonsumsi manusia. Di Amerika Serikat pepaya rekayasa genetika tidak pernah diuji efek jangka panjang terhadap kesehatan manusia. Sedangkan temuan ilmuwan tentang kemungkinan efek alergi, keracunan dan resistensi pada antibiotik manusia telah diabaikan.
-Ketiga: Kontaminasi genetik dari pepaya rekayasa genetika nyata terjadi.
Beberapa pepaya di pertanian organik terkontaminasi pepaya rekayasa genetika. Menurut beberapa petani organik, benih rekayasa genetika tercampur dengan benih pepaya organik mereka tanpa diketahui sebabnya.
Sedangkan petani lain, pepaya organiknya menerima serbuk sari dari tanaman pepaya rekayasa genetika karena serbuk sari bunga dapat terbawa angin atau burung.
Lalu petani terpaksa menghancurkan semua tanaman pepaya untuk menghentikan kontaminasi itu.
-Keempat: Pepaya genetika tidak diterima pasar.
Pasar pepaya ekspor terbesar Hawaii sekitar 40% adalah Jepang. Tetapi Jepang kemudian menolak pepaya rekayasa genetika karena mengkawatirkan resikonya terhadap lingkungan dan kesehatan.
Jadi petani pepaya rekayasa genetika tidak dapat mengekspor ke Jepang. Akibatnya petani rekayasa genetika mengalami penurunan ekonomi hingga nilai penjualan pepaya rekayasa genetika 30–40% di bawah biaya produksi. Pada bulan April 2003 harga pepaya rekayasa genetika lebih rendah 600% dari harga pepaya organik.
Walaupun penolakan Jepang dicabut, survei menunjukkan lebih dari 80% konsumen Jepang tidak menginginkan makanan rekayasa genetika. Pengusaha importir Jepang kemudian meminta sertifikasi pepaya non-rekayasa genetika dari Hawaii dengan sistem pemisahan yang komplek. Jika penolakan dicabut, konsumen tetap tidak akan membeli papaya rekayasa genetika.
Dengan menanam pepaya rekayasa genetika petani berharap dapat mengatasi masalah virus ringspot, tetapi sekarang justru mereka menghadapi masalah kontaminasi, penyakit tanaman pepaya baru dan ekonomi serius.
Informasi yang jelas bisa dilihat dalam Situs Greenpeace.

VERTIKULTUR

Bertanam di lahan sempit secara vertikal
Ani Purwati - 8 Oct 2004 10:36
Lahan sempit yang banyak terdapat di perkotaan dapat dimanfaatkan dengan bertanam secara vertikal atau vertikultur. Lahan sempit yang tidak termanfaatkan bisa memberikan keuntungan ekonomi.
Demikian disampaikan Yudha Kurniawan dari Sekolah Alam ketika memberikan “Pelatihan Pemanfaatan Lahan Sempit” pada acara Kampoeng Organik 2004 di Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta tanggal 24 September 2004 oleh Konphalindo.
“Dalam vertikultur media tanam yang digunakan adalah tanah yang mengandung pupuk kompos. Penggunaan pestisida sebaiknya dihindari. Yang diperlukan tanaman adalah perhatian dan perawatan,” ungkap Yudha Kurniawan.
Jenis tanaman harus disesuaikan dengan kondisi iklim daerah tanam. Untuk Jakarta kangkung, sawi dan bayam cocok.
Cara bertanam vertikultur:
-Buat lubang tanam atau alur tanam.
-Masukkan pupuk kandang.
-Semai benih yang perlu disemai di tempat lain.
-Tanamlah tanaman hasil semai atau pun tanaman mini.
-Peliharalah dengan cukup menyiram dan mengontrol hama penyakit.
-Panen dapat dilakukan setelah tanaman cukup tua.
Setelah dua sampai tiga kali panen media tanam (tanah) dapat diganti. Sebenarnya penggantian tanah tergantung dari usia tanaman. Bila usia tanaman 30–40 hari maka penggantian tanah dilakukan setelah dua-tiga kali panen. Sedangkan bila usia tanaman 60 hari maka penggantian tanah dilakukan setelah satu kali panen.
Perlu diingat dasar pertimbangan memanfaatkan lahan sempit adalah memperhatikan aspek ekonomis yaitu biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil tanam.