Selamat Datang di Blog Unifam Strawberry, Jika anda ingin berkonsultasi seputar budi daya stroberi silahkan menghubungi kami. Dengan senang hati akan kami bantu. Trima kasih

Saturday, August 23, 2008

Stroberi Dongkrak Kualitas ala Agus Kurnia

Stroberi
Dongkrak Kualitas ala Agus Kurnia

Langit di atas Ciwidey, Bandung, baru saja beranjak siang.Dua bus berwarna biru
masing-masing berpenumpang 50 orang memasuki halaman parkir kebun Kurnia
Strawberry. Dari dalam bus para penumpang bergegas berloncatan menuju kebun
untuk memetik stroberi segar. Buahnya tak menarik, kata Prasetyo Gunawan, salah
seorang pengunjung. Stroberi di atas karung setinggi 50 -60 cm itu kotor
terciprat air hujan. Namun, kini cerita sedih itu tinggal kenangan. Setelah
karung ditinggikan hingga 1 m, stroberi mulus meski hujan semalaman.

Butiran hujan yang jatuh pada Jumat atau Sabtu malam jadi momok menakutkan para
pekebun stroberi. Mestinya, di akhir pekan para pelancong bisa memetik buah 60
-100 kg per hari, kata Agus Kurnia, pemilik Kurnia Strawberry seluas 4.500 m2.
Dengan harga jual Rp40.000 per kg, itu berarti senilai Rp2,4-juta
-Rp4-juta.Namun, rupiah itu bakal melayang dari genggaman pekebun bila hujan
turun semalaman.Para pelancong enggan memetik stroberi yang berpenampilan kotor.

Menurut Andre Raharja, praktikus pertanian di Bandung, menjual stroberi kepada
para pelancong menjadi impian para pekebun.Maklum, bila Fragaria vesca tak
dilirik pelancong, pekebun mesti menjual ke pengepul.Di sana harga stroberi
menukik tajam. Buah berbentuk hati itu dijual berdasarkan kelas-kelas tertentu.
Kelas A-sekilo berisi 30 buah -hanya Rp20-ribu per kg. Kelas B, sekilo berisi
50 buah, Rp15.000; dan kelas C, sekilo lebih dari 50 buah, Rp10.000.

Gampang lapuk
Cerita Agus Kurnia tentang karung pendek jadi biang keladi stroberi rusak bukan
omong kosong.Sejak 3 tahun silam, pekebun memang memanfaatkan karung beras dan
karung pupuk sebagai pot setinggi 50 -60 cm.Namun, pot berbahan karung itu
bukan tanpa masalah. Karung mudah lapuk kena hantaman sinar matahari dan
guyuran hujan secara langsung. Setelah 4 bulan dipakai, biasanya pekebun mesti
membongkar pot karung itu. Atau melapisi pot lama dengan karung baru supaya tak
roboh.

Lantaran dianggap tak praktis, pekebun mulai beralih menggunakan polibag besar
seukuran karung. Awalnya kami mengira cara itu lebih praktis, tapi ternyata tak
cocok, kata kelahiran Bandung, 2 Mei 1973 itu. Musababnya, stroberi matang
terbakar jika bersentuhan dengan plastik polibag saat matahari terik. Alih-alih
memudahkan pekerjaan, penggunaan polibag malah membuat rugi karena buah tidak
laku dijual.

Karena selalu dirundung masalah, Agus pun memutar otak.Ia mesti mencari bahan
pot yang awet tapi tidak merusak buah. Ayah 2 anak itu teringat mulsa plastik
hitam perak alias PHP yang sering digunakan pekebun tomat dan cabai.Mulsa pasti
bisa dipakai sebagai bahan pot karena tidak menjadi panas meski tersinari
matahari,paparnya. Pot dari karung tetap dipakai. Lalu seluruh permukaan luar
karung itu dilapisi mulsa. Supaya tidak gampang melorot, mulsa dijahit pada
karung.Pot ditinggikan sampai 1 m supaya stroberi tidak terciprat air hujan.

Tahan 2 -3 hari
Tak sekadar memanipulasi pot, Agus pun mengubah cara pemupukan supaya stroberi
yang dihasilkan tahan lama. Lazimnya, setelah memerah dan mengkilap -tanda buah
matang -buah cuma tahan sehari di tangkai.Bila pemetikan ditunda, buah busuk.
Padahal, kerapkali stroberi matang di awal pekan:Senin -Rabu. Saat itu
pelancong sepi.Daripada busuk, buah tetap dipanen, kata Andre. Konsekuensinya,
harga jual mengikuti pasar.Lain halnya dengan Agus. Pria berusia 33 tahun itu
bisa menunda panen hingga 4 -5 hari pada musim kemarau.Pada musim hujan,
penundaan 1 -2 hari.

Menurut Agus, stroberi mudah busuk di tangkai karena serapan unsur hara tidak
optimal.Untuk mengatasinya, pasokan hara terutama kalsium dan kalium mesti
ditambah. Penelusuran Trubus dari berbagai literatur, kalsium memperkuat
dinding sel dan menggiatkan pembelahan sel. Unsur Ca juga mengaktifk an kerja
berbagai macam enzim. Sementara kalium berperan sebagai katalisator dalam
proses pengubahan protein menjadi asam-asam amino. Kalium membuat tangkai buah
kekar.Dengan begitu buah tak gampang rontok dan busuk.

Sebetulnya, pekebun stroberi sudah memberikan kalsium dan kalium dalam bentuk
kalsit dan NPK saat pemupukan awal. Itu ditambah dengan pemberian pupuk daun
yang dilengkapi hara mikro. Namun, dari jumlah itu 60% terbuang percuma dan
tidak diserap tanaman. Supaya kalsium dan kalium efektif diserap akar, Agus
menambahkan zat perata perekat saat pemupukan.

Menurut Andre, pemberian perata perekat pada aplikasi pupuk daun membuat
larutan pupuk tersebar merata pada daun sekaligus membuatnya tidak mudah
tercuci. Pupuk yang diberikan terserap lebih optimal. Biasanya Agus menambahkan
2 tutup perata perekat setara 40 ml ke dalam 200 l larutan pupuk daun. Dosis
pupuk daun 1 -2 g per liter atau 1 -2 ml/liter. Itu bila pemupukan pada musim
hujan. Pada kemarau, dosis perata perekat cukup setengahnya. Aplikasi pupuk
daun itu seminggu sekali.

Bila perata perekat dicampur ke dalam pupuk melalui tanah, komposisinya
disesuaikan. NPK sebanyak 5 kg dilarutkan pada 200 l air, lalu ditambahkan
perata perekat sebanyak 20 ml. Baru kemudian dikocorkan ke tengah pot berisi 4
-5 tanaman setiap 10 -15 hari. Komposisi NPK disesuaikan dengan fase
pertumbuhan.Fase pertumbuhan gunakan NPK 32:10:10; remaja, NPK 20:20:20; dan
generatif, NPK 10:10:20.

Dengan tambahan perata perekat, pencucian pupuk minimal. Sebaran pupuk dalam
media pun lebih merata. Setahun berselang, cara yang Agus lakukan itu terbukti
ampuh. Ia tak pernah lagi ditinggalkan pelancong yang kecewa karena urung
memetik stroberi mulus. Trubus melihat, beberapa pekebun di sekitar mulai
mengikuti jejak Agus. (Destika Cahyana)

Kamis, 06-Juli-2006, 17:01:09
© 2006 trubus
Sumber Trubus

No comments:

Post a Comment